Menurut berbagai laporan di media Amerika dan Irak, militan meledakkan gas itu dengan bom rakitan, melepaskan aliran asap kuning, dalam serangan terhadap polisi Irak bulan lalu di dekat Balad, di sebelah utara Baghdad.
Menteri Luar Negeri Amerika John Kerry hari Jumat (24/10) mengatakan tuduhan-tuduhan itu belum dikukuhkan, tetapi hal itu dinilai "sangat serius". Pejabat-pejabat Amerika sedang mencari informasi tambahan tentang laporan media itu.
Kepada VOA dalam wawancara telepon, dokter yang merawat pejuang Kurdi di Kobani, kota di perbatasan Suriah, mengatakan ia mengobati sekitar 20 orang pekan ini yang tampaknya menderita gejala keracunan gas klorin. Dr. Dara Mahmud, satu dari empat dokter yang masih berada di Kobani, mengatakan pasien-pasien yang dibawa hari Selasa mengalami kesulitan bernafas, mata berair, sakit kepala, bibir bengkak, mual dan kulit yang merah.
Media berita Irak juga melaporkan pejuang ISIS pun menggunakan gas klorin dalam serangan terhadap pangkalan militer di Saqlawiyah, Baghdad barat.
Organisasi bagi Pelarangan Senjata Kimia bulan lalu mendapat "informasi menarik" tentang klorin yang digunakan secara sistematis dan berulang sebagai senjata terhadap desa-desa di Suriah utara awal tahun ini, tapi organisasi itu belum mengetahui siapa yang bertanggungjawab.
Militan ISIS kini menguasai wilayah yang membentang dari Suriah timur laut hingga Irak barat laut. Juli lalu, ISIS merebut gudang senjata kimia di Muthanna, Irak. Pejabat-pejabat Amerika ketika itu mengatakan senjata-senjata itu umumnya tua dan keampuhan kimianya sudah berkurang.