Tautan-tautan Akses

Badan Keamanan PBB Khawatir Setelah Pembunuhan di Kamp Al Hol Suriah


Seorang perempuan sedang menggendong bayi melihat keluar dari tenda saat dia mengemasi barang-barangnya sebelum meninggalkan kamp al-Hol di Provinsi al-Hasakeh di timur laut Suriah, 16 November 2020 (Foto: AFP)
Seorang perempuan sedang menggendong bayi melihat keluar dari tenda saat dia mengemasi barang-barangnya sebelum meninggalkan kamp al-Hol di Provinsi al-Hasakeh di timur laut Suriah, 16 November 2020 (Foto: AFP)

Sejumlah pejabat PBB mengungkapkan kekhawatiran atas memburuknya keamanan di kamp pengungsi Al Hol Suriah timur laut setelah sejumlah pembunuhan yang terjadi antara 1 dan 16 Januari tahun ini.

Kekhawatiran atas keselamatan dan perlindungan para penghuni kamp dan pekerja kemanusiaan semakin bertambah setelah terjadi pembunuhan 12 warga Suriah dan Irak, termasuk seorang pengungsi perempuan Irak. Seorang pengungsi lainnya terluka parah akibat sebuah tindak kekerasan.

Al Hol, yang dikuasai pasukan Kurdi dukungan AS merupakan kamp pengungsi terbesar bagi warga Suriah yang meninggalkan tempat tinggal mereka dengan hampir 62 ribu penduduk. Sebagian besar dari mereka adalah kaum perempuan dan anak-anak asal Suriah dan Irak. Mereka melarikan diri ke kamp tersebut setelah koalisi pimpinan AS mengusir militan ISIS dari kubu mereka di utara kota Raqqa pada tahun 2018.

Kantor Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA) PBB menyesalkan hilangnya nyawa secara tragis tersebut di Al Hol. Juru bicara OCHA Jens Laerke, menyatakan peningkatan kekerasan baru-baru ini juga mengancam keamanan dan kemampuan beberapa pekerja kemanusiaan untuk menyalurkan bantuan penting kepada sejumlah warga.

“Bantuan yang disalurkan termasuk layanan utama kesehatan, air, tempat tinggal, barang-barang selain makanan, distribusi makanan dan kebersihan, nutrisi dan perlindungan. Semua pengiriman itu terancam jika ketidakamanan memburuk ke tingkat yang kita saksikan sekarang ini," katanya.

UNICEF menyatakan 14 persen penghuni kamp adalah kaum perempuan dan anak-anak dari 60 negara. Mereka termasuk anggota keluarga mantan anggota ISIS beserta beberapa korban mereka dan pendukung. Mereka berada penjagaan di tempat yang terpisah demi keamanan.

Perempuan berjalan melalui kamp pengungsian al-Hol di provinsi Hasaka, Suriah, 1 April 2019. (Foto: Reuters)
Perempuan berjalan melalui kamp pengungsian al-Hol di provinsi Hasaka, Suriah, 1 April 2019. (Foto: Reuters)

Laerke menjelaskan beberapa pemerintah negara lainnya enggan memulangkan warga negaranya karena hubungan mereka dengan mantan militan tersebut. Ia menambahkan seruan PBB kepada pemerintah agar memperlakukan ribuan anak yang terperangkap di Al Hol sebagai anak-anak dan memperlakukan mereka dengan baik.

“Menurut saya tak seorang pun berharap mereka terjebak dalam kamp pengungsi ini selama bertahun-tahun. Jadi, pemulangan khususnya anak-anak akan disambut sangat baik," katanya.

Beberapa pejabat PBB menegaskan keselamatan dan kesejahteraan para pengungsi di Al Hol merupakan hal terpenting. Mereka mendesak perlindungan yang lebih besar bagi penghuni kamp dan juga para pekerja kemanusiaan. Mereka juga mencatat situasi saat ini tidak bisa dipertahankan dan solusi jangka panjang bagi semua warga di kamp itu harus diupayakan. [mg/jm]

XS
SM
MD
LG