Seorang putra Gaddafi, Saif al-Islam Gaddafi, tampil di televisi pemerintah Libya, Minggu malam. Ia memperingatkan bahwa pertumpahan darah akibat perang saudara yang akan merugikan kekayaan minyak di negara itu dan melihat kembalinya kekuasaan kolonial jika situasi berlanjut tidak terkendali.
Gaddafi menjanjikan dialog mengenai konstitusi Libya dan mengembalikan kekuasaan pemerintah daerah, serta menyerukan rakyatnya untuk tidak memecah belah negaranya. Ia menuduh warga-warga Libya yang diasingkan, para pecandu narkoba dan penjahat-penjahat, berada di balik aksi kekerasan. Ia berulang kali mengatakan Libya bukanlah Mesir atau Tunisia, dua negara tetangga di mana pemimpinnya dipaksa melepaskan jabatan dari kekuasaannya dalam beberapa pekan terakhir. Ia menggambarkan Libya sebagai negara yang terdiri dari suku-suku masyarakat yang bersenjata penuh dan dapat dengan cepat terjerumus dalam perang saudara.
Sementara itu, bentrokan antara pendukung dan penentang Moammar al-Gaddafi kembali dilaporkan terjadi di ibukota Libya, Tripoli, pada hari Minggu selagi pemimpin Libya berusaha menghentikan penyebaran pemberontakan terhadap pemerintahan Gaddafi. Gaddafi telah memimpin Libya selama hampir 40 tahun.
Para saksi mengatakan sejumlah personil militer di kota terbesar kedua di Libya, Benghazi, juga dilaporkan telah menembak dan menewaskan sejumlah pengunjuk rasa selama beberapa hari belakangan.
Organisasi Human Rights Watch yang berkantor di Amerika mengatakan 173 orang tewas dalam tiga hari kerusuhan di Libya. Para pejabat rumah sakit di Benghazi mengatakan tindakan keras di kota itu telah menewaskan sedikitnya 200 orang dan mencederai ratusan orang lainnya.
