Mantan Presiden AS, Jimmy Carter memberitahu Reuters bahwa perubahan mendadak dalam kekuasaan mutlak militer Mesir pada tahun lalu, lebih besar daripada apa yang dapat diharapkan. Ia mengatakan militer ingin memegang kekuasaan sebesar mungkin.
Carter mengatakan harus ada batas permanen terhadap militer yang ditulis dalam undang-undang dasar baru Mesir.
Mantan presiden Amerika itu berada di Kairo pekan ini untuk membantu memantau pemilu parlemen di kawasan ketiga atau terakhir – pemilu demikian yang pertama di Mesir sejak kebangkitan rakyat menggulingkan Hosni Mubarak tahun lalu.
Carter mengatakan ada keganjilan dalam pemilu parlemen Mesir baru-baru ini, namun secara keseluruhan keinginan rakyat tampaknya secara akurat terwakili. Carter berbicara pada sebuah konperensi pers di Kairo Jumat setelah menghabisi sebagian pekannya membantu memonitor putaran ketiga dan terakhir pemilu.
Ia mengatakan, ketua jaksa penuntut telah menerima sekitar 900 keluhan dari rakyat Mesir mengenai pemilu itu. Carter juga mengatakan, pelatihan bagi para pejabat pemilu tidak memadai, dan ia mengatakan, ia memiliki kekecewaan besar karena hanya sedikit wanita yang memiliki peluang untuk menjabat di pemerintahan. Ia mengatakan, wanita seharusnya memiliki peranan lebih besar dalam pemerintahan. Namun secara keseluruhan, ia menyebut hasil pemilu itu dapat diterima.
Ribuan rakyat Mesir telah memrotes pemerintahan transisi militer dalam beberapa bulan ini, dan menuduhnya berusaha menangguhkan peralihan ke pemerintahan sipil.
Sejumlah demonstran telah tewas dan polisi Mesir yang kelihatan melakukan pemukulan dan menyeret perempuan melalui jalan-jalan telah menimbulkan kemarahan jutaan orang di seluruh dunia.