Kemungkinan virus baru yang ditemukan di China Tengah bisa menyebar antar manusia tidak bisa dihapuskan, meskipun resiko penyebarannya pada saat ini rendah, kata para pejabat China, Rabu (15/1).
Empat puluh satu orang di kota Wuhan telah didiagnosa mengidap jenis baru virus corona yang selama ini diketahui bisa menyebabkan selesma atau penyakit lain yang lebih serius. Seorang pria berusia 61 tahun yang diketahui terkena virus itu -namun juga diketahui mengidap sejumlah penyakit lain -meninggal Sabtu lalu (11/1).
Sementara penyelidikan-penyelidikan pendahuluan menunjukkan, kebanyakan pasien yang terkena virus itu bekerja atau mengunjungi sebuah pasar makanan laut, seorang perempuan terinfeksi virus itu dari suaminya, kata Komisi Kesehatan Kota Wuhan, dalam sebuah keterangannya.
Komisi itu mengatakan, suami perempuan itu, yang jatuh sakit terlebih dahulu, bekerja di Huanan Seafood Wholesale Market. Sementara istrinya mengatakan, ia tidak pernah pergi ke pasar itu.
Seorang pejabat kesehatan Hong Kong mengatakan, ada kemungkinan perempuan itu terinfeksi virus dari makanan yang dibawa pulang suaminya dari pasar tersebut. Namun karena, ia tidak menunjukkan gejala apapun beberapa hari setelah suaminya jatuh sakit, ada kemungkinan suaminya itu yang justru menularkan virus tersebut ke dirinya.
Infeksi virus corona menyebabkan berbagai gejala termasuk hidung meler, sakit kepala dan demam. Badan Pengawasan dan Pencegahan Penyakit AS (CDC) mengatakan, jika gejala disertai napas pendek, tubuh menggigil dan nyeri tubuh, penderitanya kemungkinan tertular virus corona yang lebih berbahaya.
Pekan lalu, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengungkapkan, penyebab wabah di China yang terjadi saat ini adalah merupakan virus corona jenis baru. Virus tersebut merupakan anggota dari virus yang menyebabkan wabah Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS) dan Middle East Respiratory Syndrome (MERS).
Mengingat wabah itu terjadi menjelang liburan Tahun Baru Imlek, yaitu pada akhir Januari, pemerintah China khawatir, virus ini akan menyebar luas. Diperkirakan sekitar 440 juta warga China melakukan perjalanan menggunakan kereta, sementara 79 juta lainnya dengan pesawat. Pergerakan ini bisa menyebarkan virus dengan mudah. [ab/uh]