Demonstran mulai berkumpul di Pearl Roundabout dari semua penjuru segera setelah militer menarik diri hari Sabtu. Para saksi mata mengatakan polisi menembakkan peluru karet ke arah kerumunan yang bergerak maju, tetapi akhirnya berhenti dan meninggalkan tempat itu.
Sejumlah kecil orang dilarikan ke rumah sakit.
Pemerintah kemudian mengumumkan bahwa demonstran diizinkan tetap berada di tempat itu dan mengulangi himbauan agar berdialog dengan semua partai politik.
Menjelang malam, demonstran di Roundabout mengumandangkan lagu-lagu, menyalakan lilin dan memasang spanduk menyerukan perdamaian.
Tetapi, karena massa mulai lebih tenang pada Minggu pagi, suara helikopter yang beputar-putar di udara mudah terdengar dan demonstran mengatakan suara itu untuk mengingatkan bahwa perjuangan mereka untuk membentuk pemerintahan baru dan persamaan hak masih belum selesai.
Salah seorang demonstran, Ali al-Khabbaz, mengatakan bodoh sekali untuk mengklaim kemenangan dini. Ia yakin pemerintah hanya mengubah retorikanya untuk sementara waktu untuk menyenangkan masyrakat internasional.
“Tidak dapat dipungkiri, Timur Tengah berubah, sehingga pemerintah ada dalam kondisi yang memaksa mereka melakukan sesuatu untuk mencegah situasi itu. Tidak ada yang berubah. Kami tidak sama sekali percaya pada mereka. Kami tidak siap untuk mendengarkan mereka. Yang kami perlu saksikan adalah perubahan,” ujarnya.
Demonstrasi yang diilhami oleh pemberontakan baru-baru ini di Tunisia dan Mesir meluas ke Bahrain pada tanggal 14 Februari.
Awalnya, demonstran menyerukan persamaan hak yang lebih besar dan pembebasan tahanan politik. Tetapi, setelah terjadi dua bentrokan di Pearl Roundabout, demonstran mengubah tuntutan mereka, yang kini menginginkan pembentukan pemerintahan baru di Bahrain.
Ali Abdullah, yang berkemah di tempat itu Minggu pagi, mengatakan banyak orang yakin tuntutan mereka pada akhirnya akan dipenuhi.
Ia menjelaskan, “Demonstrasi yang sekarang diadakan berbeda dari yang terjadi pada 14 Februari. Sebelumnya, banyak orang takut (untuk) mengatakan tidak menginginkan pemerintahan yang sekarang. Tetapi, sekarang setelah membunuh banyak orang, tidak seorang pun takut, tidak seorang pun tinggal di rumah."
Bahrain, adalah salah satu negara Arab yang mengalami kerusuhan politik sejak demonstrasi pro-demokrasi membawa kepada perubahan rejim di Tunisia dan Mesir.