Kelompok oposisi Syiah yang utama di Bahrain mengatakan pemerintah harus mengundurkan diri dan militer harus menarik diri dari jalan-jalan sebelum pihaknya bersedia mempertimbangkan tawaran oleh keluarga kerajaan untuk mengadakan dialog nasional guna mengakhiri demonstrasi-demonstrasi anti pemerintah.
Para anggota blok Wefaq Bahrain, yang mengundurkan diri dari parlemen pekan ini, menyatakan tuntutan itu hari Sabtu, dengan mengatakan kehadiran militer di jalan-jalan ibukota menunjukkan tidak adanya kesungguhan mengenai perundingan tersebut.
Anggota partai Ibrahim Mattar mengatakan kepada kantor berita Reuters bahwa para penguasa harus “menerima pemahaman tentang kerajaan berdasarkan undang-undang dasar” sebelum dialog dapat dimulai. Dia juga menghendaki “pemerintahan sementara berwajah baru” yang tidak mengikut-sertakan menteri-menteri dalam negeri dan pertahanan yang sekarang menjabat.
Hari Jumat, pasukan keamanan di Bahrain melepaskan tembakan sementara para pelayat yang meninggalkan upacara pemakaman berusaha kembali ke lapangan pusat di Manama dengan mengabaikan larangan berdemonstrasi dari pemerintah. Petugas medis mengatakan sekurang-kurangnya 55 orang luka-luka.
Seorang wartawan VOA melihat banyak korban di rumah sakit dan puluhan tampak luka-luka. Massa demonstran yang marah berkumpul di luar rumah sakit, banyak dari mereka meneriakkan “Gulingkan Khalifa” – yang dimaksudnya Raja Bahrain yang bernama Hamad bin Isa al-Khalifa.
Para saksi mengatakan tembakan dilepaskan setelah ribuan orang pelayat dari pemakaman seorang demonstran anti-pemerintah yang tewas sebelumnya pekan ini berusaha mendatangi kembali Lapangan Permata. Militer sebelumnya sudah menggusur demonstran dari lapangan itu dalam penggrebekan hari Kamis.
Dalam pidato hari Jumat melalui televisi negara, putra-mahkota Bahrain menghimbau ketenangan. Sheikh Salman bin Hamad al-Khalifa mengatakan sekarang adalah waktunya “berdialog, bukan berkelahi.” Ia mengatakan ia telah diberi wewenang untuk memulai dialog dengan semua pihak. Tidak jelas apakah demonstran akan menyambut pendekatannya.
Kemudian hari itu, Presiden Amerika Barack Obama menelpon raja Bahrain untuk membicarakan keadaan yang sedang berlangsung. Ia mengutuk lagi kekerasan yang digunakan terhadap pengunjuk rasa, dan dengan kuat mendesak pemerintah agar menunjukkan pengekangan diri.
Bahrain adalah tempat pangkalan Armada ke-5 Angkatan laut Amerika dan juga pusat perbankan internasional kawasan itu. Keluarga kerajaan itu telah lama sebagai sekutu strategis Amerika dalam usaha memerangi terorisme dan mengimbangi pengaruh Iran di kawasan itu.
Ulama Shiah terkemuka di negara itu telah menggambarkan penggerebekan pasukan keamanan terhadap demonstran sebagai pembantaian. Dalam khutbah shalat Jumat di sebuah desa di barat-laut negara itu, Sheikh Issa Qassem mengatakan pemerintah telah menutup pintu terhadap dialog.
Ratusan pendukung pemerintah yang melambaikan bendera juga mengadakan rapat umum hari Jumat di ibukota.