Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengemukakan hari hari Rabu (5/9), serangan pasukan pemerintah Suriah dengan dukungan Rusia terhadap provinsi Idlib yang dikuasai pemberontak bisa berakhir dengan pembantaian.
Surat kabar Turki Hurriyet Daily mengutip Erdogan melukiskan situasi di Idlib sangat genting dan kalau dihujani dengan misil bisa menjadi pembantaian masal.
Turki, Iran, dan Rusia hari Jumat mengadakan pembicaraan di Teheran yang diduga akan didominasi nasib Idlib. Turki mendukung pemberontak yang hendak menjatuhkan Presiden Assad, sebaliknya Rusia dan Iran mendukung pemerintahan Assad.
Utusan Khusus PBB untuk Suriah, Staffan de Mistura hari Selasa berseru kepada para pemimpin Rusia dan Turki agar segera membicarakan cara-cara menghindari serangan yang diperkirakan dimulai penuh sekitar tanggal 10 September. Hari Rabu Idlib digempur dengan artileri dan sehari sebelumnya oleh serangan udara Rusia dan Suriah.
Penasihat khusus de Mistura, Jan Egeland, diplomat Norwegia dan sekretaris jenderal Norwegian Refugee Council yang berkedudukan di Oslo, hari Rabu berbicara dengan VOA.
Jan Egeland yang sudah 30 tahun berkecimpung di bidang kemanusiaan, mengatakan orang harus mundur ke genosida tahun 1990-an untuk bisa memahami sesuatu yang mendekati penderitaan di Suriah. Ia menyebutnya ‘noda hati nurani internasional’ dan mendesak semua pihak agar mengakhiri konflik dengan pembicaraan dan akal sehat bukan lewat mandi darah.
Gedung Putih sudah memperingatkan Presiden Assad jangan menggunakan senjata kimia dalam menyerang Idlib, daerah kantong terakhir yang masih dikuasai pemberontak di Suriah. Pemerintahan Assad mengatakan propinsi itu harus dibersihkan dari kelompok teroris seperti Fron Nusra.
Duta Besar Amerika untuk PBB Nikki Haley menjelaskan kepada wartawan hari Selasa bahwa Amerika tidak dapat menerima satu serangan senjata kimia lagi di Suriah.
Sekretaris pers Gedung Putih mengeluarkan pernyataan hari Selasa, mengatakan Amerika akan merespons dengan cepat dan tepat jika Suriah menggunakan senjata kimia lagi. Tahun lalu Presiden Trump memerintahkan serangan udara terhadap satu pangkalan militer Suriah setelah pasukan Suriah menggunakan senjata kimia terhadap penduduk sipil. [al]