Tautan-tautan Akses

Gelombang Baru COVID Semakin Hancurkan Layanan Kesehatan Afghanistan


Seorang pasien terinfeksi COVID-19 di unit perawatan intensif RS Penyakit Menular Afghanistan-Jepang, di Kabul, Afghanistan, 7 Februari 2022. (AP/Hussein Malla)
Seorang pasien terinfeksi COVID-19 di unit perawatan intensif RS Penyakit Menular Afghanistan-Jepang, di Kabul, Afghanistan, 7 Februari 2022. (AP/Hussein Malla)

Hanya lima rumah sakit di Afghanistan yang masih menawarkan perawatan COVID-19, dengan 33 lainnya terpaksa tutup dalam beberapa bulan belakangan ini karena kurangnya dokter, obat bahkan pemanas. Ini terjadi sementara negara yang ekonominya hancur itu menghadapi peningkatan tajam kasus virus corona yang dilaporkan.

Di satu-satunya rumah sakit yang memberikan perawatan COVID-19 di Kabul, staf hanya dapat memanaskan bangunan pada malam hari karena kurangnya bahan bakar, bahkan ketika suhu turun di bawah titik beku pada siang hari. Para pasien di sana berbungkus selimut-selimut tebal. Direktur rumah sakit itu, Dr. Mohammed Gul Liwal, mengatakan, mereka memerlukan semuanya, mulai dari oksigen hingga persediaan obat.

Fasilitas itu, yang disebut RS Penyakit Menular Afghanistan-Jepang, memiliki 100 tempat tidur. Bangsal COVID-19 hampir selalu penuh sewaktu virus berkecamuk. Sebelum akhir Januari, rumah sakit itu mendapat satu atau dua pasien baru virus corona setiap hari. Dalam dua pekan terakhir, 10 hingga 12 pasien baru masuk setiap hari, kata Liwal.

“Situasinya memburuk setiap hari,” kata Liwal, berbicara di dalam ruang konferensi yang sangat dingin. Sejak pengambilalihan kekuasaan oleh Taliban hampir enam bulan silam, para karyawan rumah sakit baru menerima satu bulan gaji saja, yakni pada bulan Desember.

Seorang pasien terinfeksi COVID-19 di unit perawatan intensif Rumah Sakit Penyakit Menular Afghanistan-Jepang, di Kabul, Afghanistan, 7 Februari 2022. (AP/Hussein Malla)
Seorang pasien terinfeksi COVID-19 di unit perawatan intensif Rumah Sakit Penyakit Menular Afghanistan-Jepang, di Kabul, Afghanistan, 7 Februari 2022. (AP/Hussein Malla)

Sistem layanan kesehatan Afghanistan, yang bertahan hampir dua dekade dengan dana hampir sepenuhnya dari donor internasional, telah hancur sejak Taliban kembali berkuasa pada Agustus lalu setelah kekacauan yang mengakhiri intervensi pimpinan AS selama 20 tahun.

Ekonomi Afghanistan runtuh setelah hampir 10 miliar dolar asetnya di luar negeri dibekukan dan bantuan finansial untuk pemerintah sebagian besar dihentikan.

Runtuhnya sistem kesehatan juga memperburuk krisis kemanusiaan di negara itu.

Sekitar 90 persen populasi terperosok ke bawah tingkat kemiskinan, dan karena keluarga hampir-hampir tidak mampu mendapatkan makanan, sedikitnya satu juta anak-anak terancam kelaparan. [uh/ka]

XS
SM
MD
LG