Para pemimpin Rusia, Turki dan Iran dijadwalkan bertemu hari Jumat (7/9) di Teheran untuk membahas nasib provinsi Idlib di Suriah, yang merupakan benteng pertahanan terakhir pemberontak di sana.
Ada kekhawatiran bahwa pasukan Suriah dan Rusia akan meluncurkan ofensif besar-besaran, yang kemungkinan besar akan memicu bencana kemanusiaan dan konfrontasi dengan pemberontak dukungan Turki. Pasukan Rusia dan Suriah telah melancarkan serangan udara dengan berbagai target di Idlib pekan ini.
Sekitar 2,9 juta orang tinggal di provinsi Idlib, kubu pertahanan terakhir bagi pasukan pemberontak dukungan Turki dan kelompok-kelompok anti-Assad saingannya, termasuk di antaranya kelompok militan terkait al-Qaida
Hayat Tahrir al Sham. Krisis ini merupakan bagian dari strategi jangka panjang Suriah dan Rusia, kata analis Suriah Kyle Orton.
Ia mengatakan, berbagai kelompok itu dibiarkan masuk ke Idlib sehingga ketika tiba waktunya bagi serangan terakhir, Suriah dan Rusia dapat menyebut dalih ofensif itu adalah perang melawan teror. Meskipun demikian, target kedua negara itu adalah warga sipil yang bangkit melawan Assad tujuh tahun silam dan tujuan mereka adalah mengakhiri pemberontakan serta mengontrol kembali Suriah sepenuhnya.
Utusan PBB untuk Suriah Staffan de Mistura pekan ini memperingatkan tentang krisis kemanusiaan yang akan segera terjadi dalam skala sangat besar. Ia mengatakan itulah sebabnya ia mengimbau Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan agar melakukan pembicaraan untuk mencari solusi bagi krisis yang menjelang. [uh]