Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Pandjaitan, Selasa (30/3), mengatakan pemerintah sedang melakukan pembicaraan dengan perusahaan asal China, Tsingshan Group, dan perusahaan Australia Fortescue Metals Group untuk membangun kawasan industri baru untuk pengolahan logam di Kalimantan.
Luhut mengatakan kawasan industri itu akan berlokasi di dekat pembangkit listrik tenaga air (PLTA) Kayan yang berkapasitas 11.000 megawatt di Kalimantan Utara.
"Kami sudah berdiskusi dengan Fortescue dari Australia dan Tsingshan dari China untuk membangun kawasan industri di sana," kata Luhut dalam forum pembuat kebijakan, bisnis dan ekonom, mengacu pada Kalimantan Utara.
"Jadi, pada 2023, kawasan ini, industri terpadu ini mulai (melakukan) pengolahan bijih besi, bijih nikel, dan tembaga,” ujarnya.
Dia menambahkan, pengembangan ini harus sejalan dengan proyek pemerintah untuk memproduksi baterai lithium dengan menggunakan cadangan nikelnya.
Tsingshan, raksasa baja nirkarat China, juga merupakan pemain utama dalam proyek hilirisasi nikel di Tanah Air.
Fortescue tidak segera menanggapi permintaan komentar melalui email sementara Tsingshan tidak dapat segera dihubungi.
Pada September, Fortescue mengatakan anak perusahaannya telah menandatangani perjanjian dengan pemerintah Indonesia untuk melakukan studi kelayakan dalam pemanfaatan tenaga air dan sumber daya panas bumi untuk mendukung operasi industri hijau.
Pembangunan PLTA Kayan akan dimulai tahun ini, dan tahap pertama proyek tersebut diproyeksikan selesai pada tahun 2025, menurut Reuters mengutip media lokal. Proyek PLTA tersebut sedang dibangun oleh Power Construction Corp of China atau PowerChina dan Kayan Hydro Energy Indonesia.
Luhut mengatakan pemerintah menargetkan untuk memproduksi bahan bakar hidrogen di PLTA Kayan. [ah/au/ft]