Organisasi Migrasi Internasional melaporkan, sebuah malapetaka kemanusiaan sedang menimpa Republik Demokratik Kongo atau DRC. IOM menyebut kekerasan yang menyebar bagian-bagian negara tersebut telah memaksa lebih dari 4 juta orang meninggalkan rumah mereka, membuat DRC menjadi negara dengan jumlah pengungsi terbesar.
Daerah yang paling mudah dilanda kekerasan termasuk propinsi Kivu Utara dan Kivu Selatan serta Tanganyika, dan Kasai. Jean-Pierre Chauzy adalah Kepala Misi IOM di DRC. Berbicara melalui telepon dari Kinshasa ia mengatakan, kondisi memburuk pada tingkat yang mengkhawatirkan.
Misalnya, dia mencatat ada enam pengungsian di Kivu Utara selama beberapa minggu terakhir, karena bentrokan antara kelompok bersenjata dan pasukan Kongo. Ia mengatakan, warga sipil diserang dan banyak yang terperangkap dalam baku tembak. Dia mengatakan, badan bantuan sangat kekurangan uang tunai sehingga sekitar 20.000 orang sampai sekarang tidak menerima bantuan.
"Saya melihat banyak pengungsi dalam tidak memiliki pilihan selain berkemah di daerah yang tidak aman. Mereka menjadi buruh di komunitas setempat, untuk mencoba dan mendapat uang. Keadaan memaksa mereka yang rentan ke dalam apa yang kita sebut, mekanisme negatif, eksploitasi ganda termasuk pelacuran. Dan, tentu saja, di situlah kekerasan berdasar gender terjadi luas," ungkap Chauzy.
IOM menghimbau dana sebesar $75 juta untuk segera memenuhi kebutuhan yang semakin meningkat bagi pengungsi dan masyarakat yang menjadi tuan rumah mereka.
Chauzy mengatakan, lebih dari 13 juta orang akan sangat membutuhkan bantuan kemanusiaan dan perlindungan sepanjang tahun depan. Dia mengatakan, mereka membutuhkan tempat berlindung, makanan, air bersih, sanitasi, dan perawatan kesehatan. [ps/al]