Israel pada hari Selasa (23/1) melaporkan bahwa 24 tentaranya tewas di Jalur Gaza, salah satu hari terburuk bagi pasukan Israel sejak melancarkan kampanye untuk melenyapkan kelompok militan Hamas.
Juru bicara militer Israel Laksamana Muda Daniel Hagari mengatakan kepada wartawan bahwa 21 tentara sedang bersiap untuk menghancurkan dua bangunan dengan bahan peledak pada hari Senin ketika seorang militan menembakkan roket ke sebuah tank di dekatnya dan bahan peledak di dalam bangunan tersebut meledak, sehingga bangunan tersebut roboh menimpa tentara Israel. Tiga tentara Israel lainnya tewas dalam serangan terpisah.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan militer membuka “penyelidikan atas tragedi tersebut.”
“Kemarin kami mengalami salah satu hari tersulit sejak perang meletus,” kata Netanyahu. “Atas nama para pahlawan kami, demi hidup kami, kami tidak akan berhenti berjuang sampai kemenangan mutlak.”
Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant menulis pada Selasa pagi di platform media X bahwa ini adalah “pagi yang sulit dan menyakitkan.”
“Perang ini akan menentukan masa depan Israel selama beberapa dekade mendatang, dan jatuhnya korban tentara merupakan syarat untuk mencapai tujuan perang,” kata Gallant.
Sementara itu, di Washington, Gedung Putih mengumumkan bahwa Brett McGurk, penasihat Presiden Joe Biden untuk Timur Tengah, berada di Mesir dan akan mengunjungi negara-negara lain untuk membahas “potensi kesepakatan pembebasan sandera lainnya, yang memerlukan jeda kemanusiaan untuk jangka waktu tertentu.”
Pada akhir November, sekitar 100 dari 240 sandera yang ditangkap Hamas dalam serangan mendadak militan itu pada 7 Oktober terhadap Israel dibebaskan selama gencatan senjata selama seminggu dengan imbalan pembebasan 240 warga Palestina yang ditahan oleh Israel. Namun tidak satupun dari sekitar 130 atau lebih sandera yang tersisa di Gaza telah dibebaskan sejak itu dan pihak berwenang yakin 24 di antara mereka telah meninggal atau terbunuh.
Pasukan Israel melancarkan pemboman intensif di Gaza selatan pada hari Selasa, sementara para pejabat kesehatan menuduh Israel menyerang fasilitas kesehatan.
Bulan Sabit Merah Palestina mengatakan bahwa penembakan Israel menghantam markas besar kelompok tersebut di Khan Younis, “bertepatan dengan tembakan keras dari pesawat tak berawak Israel, yang mengakibatkan cedera di antara para pengungsi yang mencari perlindungan di tempat kami.”
Pasukan Israel menyerbu sebuah rumah sakit dan menangkap staf medis di Khan Younis, kata juru bicara Kementerian Kesehatan Gaza Ashraf al Qidra kepada kantor berita Reuters.
Amerika Serikat pada hari Senin menyerukan kepada Israel agar negara itu melindungi warga sipil di rumah sakit.
Juru bicara Dewan Keamanan Nasional Gedung Putih John Kirby mengatakan bahwa meskipun Israel mempunyai hak untuk membela diri, “Kami berharap mereka melakukannya sesuai dengan hukum internasional dan melindungi orang-orang yang tidak bersalah di rumah sakit, staf medis, dan juga pasien, sebisa mungkin.”
Israel bersumpah untuk menghancurkan Hamas, yang menguasai Gaza, setelah kelompok militan tersebut menyerbu Israel pada bulan Oktober, menewaskan sekitar 1.200 orang, sebagian besar warga sipil, menurut penghitungan Israel. Hamas, yang telah ditetapkan sebagai organisasi teroris oleh Amerika Serikat, Inggris, Uni Eropa, dan lainnya, juga menyandera warga Israel.
Kementerian kesehatan yang dikelola Hamas di Gaza mengatakan sedikitnya 25.295 warga Palestina tewas dalam perang tersebut, banyak dari mereka adalah wanita dan anak-anak. Kementerian itu tidak membedakan jumlah warga sipil dan pejuang Hamas yang terbunuh. [lt/jm]
Forum