Pesawat-pesawat tempur Israel menyerang pelabuhan Hodeidah di Yaman yang dikuasai Houthi pada Sabtu (20/7), hingga menewaskan tiga orang dan melukai lebih dari 80 orang.
“Jumlah korban serangan Israel di Hodeidah telah meningkat menjadi tiga orang syahid dan 87 orang terluka,” kata kantor berita Saba yang dikelola Houthi pada Minggu (21/7), mengutip Kementerian Kesehatan.
Serangan Israel terjadi sehari setelah serangan pesawat tak berawak oleh pemberontak yang didukung Iran menewaskan seorang warga sipil di Tel Aviv, kata kedua belah pihak.
Serangan tersebut, yang memicu kobaran api dan kepulan asap hitam, adalah yang pertama kali diklaim oleh Israel di negara termiskin di Semenanjung Arab, sekitar 2.000 kilometer jauhnya, kata para analis.
“Darah warga Israel ada harganya,” kata Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant.
Gallant menambahkan bahwa akan meluncurkan lebih banyak operasi melawan Houthi, “jika mereka berani menyerang kami.”
Gallant mengatakan serangan Hodeidah juga merupakan peringatan bagi kelompok bersenjata lain yang didukung Iran di Timur Tengah yang telah mengklaim serangan terhadap Israel selama perang Gaza.
“Api yang saat ini berkobar di Hodeidah terlihat di seluruh Timur Tengah dan dampaknya jelas,” katanya.
Hanya beberapa jam setelah serangan pada Jumat (19/7) di Tel Aviv, Gallant bersumpah Israel akan membalas terhadap kelompok Houthi, yang menguasai sebagian besar wilayah Yaman, termasuk sebagian besar pantai Laut Merah.
Juru bicara militer Israel Daniel Hagari mengatakan jet F-15 melakukan serangan tersebut dan semuanya kembali dengan selamat ke pangkalan.
Laksamana Muda Hagari menuduh Houthi menggunakan Hodeidah "sebagai jalur pasokan utama untuk pengiriman senjata Iran... seperti [drone] yang digunakan dalam serangan pada Jumat."'
Agresi Brutal
Dalam sebuah pernyataan di media sosial, pejabat tinggi Houthi Mohammed Abdulsalam melaporkan “agresi brutal Israel terhadap Yaman.”
Serangan itu menargetkan “fasilitas penyimpanan bahan bakar dan pembangkit listrik” di Hodeidah “untuk menekan Yaman agar berhenti mendukung” warga Palestina dalam perang Gaza, katanya.
Kementerian Kesehatan yang dikelola Houthi mengatakan setidaknya 80 orang terluka dalam serangan Israel, sebagian besar dari mereka menderita luka bakar parah. Pihaknya tidak segera melaporkan adanya kematian.
Seorang koresponden AFP di Hodeidah melaporkan mendengar beberapa ledakan besar dan melihat asap menutupi pelabuhan.
Perusahaan keamanan maritim, Ambrey, mengatakan pihaknya mengamati empat kapal dagang di pelabuhan pada saat serangan udara terjadi dan delapan kapal lainnya sedang berlabuh.
“Tidak ada kerusakan pada kapal dagang yang dilaporkan saat ini,” katanya.
Bantuan Penyambung Nyawa Yaman
Amerika Serikat (AS), yang bersama dengan Inggris telah melakukan beberapa putaran serangan udara terhadap kelompok Houthi dalam upaya untuk mengakhiri serangan mereka terhadap kapal-kapal di Laut Merah, mengatakan bahwa mereka tidak ambil bagian dalam serangan pada Sabtu tersebut.
“Amerika Serikat tidak terlibat dalam serangan hari ini di Yaman, dan kami tidak mengoordinasikan atau membantu Israel dalam serangan tersebut,” kata juru bicara Dewan Keamanan Nasional AS.
Sebagian besar wilayah Pelabuhan Hodeidah masih belum tersentuh selama perang selama satu dekade antara Houthi dan pemerintah yang diakui secara internasional dan didukung oleh negara tetangga, Arab Saudi. Pelabuhan tersebut merupakan pintu masuk utama bagi impor dan bantuan internasional untuk wilayah yang dikuasai pemberontak di Yaman.
Perang telah menyebabkan jutaan warga Yaman bergantung pada bantuan yang dipasok melalui pelabuhan.
“Para pedagang sekarang khawatir hal ini akan memperburuk situasi keamanan pangan dan kemanusiaan yang sudah kritis di Yaman utara, karena sebagian besar perdagangan mengalir melalui pelabuhan ini,” kata Mohammed Albasha, analis senior Timur Tengah di Navanti Group yang berbasis di AS. [ft/ah]