Presiden Joko Widodo akan melawat ke Amerika Serikat mulai tanggal 25 Oktober sampai 29 Oktober 2015, didampingi oleh beberapa menteri Kabinet Kerja.
Menurut Menteri Koordinator Politik Hukum dan Keamanan Luhut Binsar Panjaitan, yang sudah dua kali ke Amerika untuk mempersiapkan lawatan ini, selain bertemu Presiden AS Barack Obama dan beberapa pemimpin Kongres Amerika, Presiden Jokowi juga akan mengadakan pembicaraan dengan pengusaha dan anggota Kamar Dagang Amerika, beberapa fund-managers dan eksekutif Freeport-McMoran.
“Saya kira kunjungan Presiden Jokowi ketemu Presiden Obama merupakan hal yang historis, karena Pak Obama minta betul bisa ketemu Pak Jokowi di White House. Persiapannya sudah bagus karena Indonesia sebagai negara besar di Asia Tenggara bisa memainkan peran yang penting," papar Luhut.
"Kita bisa membuktikan bahwa sebagai negara berpenduduk Muslim terbesar di dunia, sekaligus bisa menerapkan demokrasi. Demokrasi dan Islam ternyata bisa berjalan seiring. Ini hal yang bagus untuk kita tunjukkan kepada negara-negara lain."
Dalam pertemuan Presiden Jokowi dengan Obama Senin (26/10) nanti, Luhut mengatakan ada beberapa isu penting yang akan dibahas, antara lain mengenai masalah Negara Islam (ISIS).
“Banyak isu yang akan dibicarakan, antara lain masalah ISIS yang akan jadi topik sangat penting, bagaimana kita mengatasi masalah ini. Juga masalah Laut China Selatan, dan tentunya masalah ekonomi – bagaimana nilai ekspor-impor kita. Kita juga menjelaskan banyak perubahan dalam struktur ekonomi kita dari commodity based menjadi manufactured based," ujarnya.
Selain ke Washington DC, Presiden dijadwalkan berkunjung ke Silicon Valley, California, yang menjadi lokasi sejumlah raksasa teknologi dunia, seperti Apple, Facebook, Google, dan Yahoo.
Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara, yang akan memimpin lawatan Presiden Jokowi ke pesisir selatan Amerika, akan mengajak empat pendiri startup asli Indonesia yaitu Nadiem Makarim dari Gojek, William Tanuwijaya dari Tokopedia, Andrew Darwis dari Kaskus dan Ferry Unardi dari Traveloka.
Dalam diskusi di Jakarta, Selasa lalu, Rudiantara mengatakan keempat perusahaan Indonesia ini berpotensi menjadi unicorn company, atau startup yang nilainya mencapai lebih dari US$1 milyar atau sekitar Rp 13 trilyun.
Hal ini dibenarkan Menkopolhukam Luhut Panjaitan dalam wawancara dengan VOA baru-baru ini.
“Memang Pak Presiden ingin melihat Indonesia lebih maju ke depan, tidak sekedar jadi pasar negara-negara maju saja. Dengan jumlah penduduk mencapai 250 juta orang, katakanlah 0,5 persen yang super pintar, berarti ada 2,5 juta orang. Saya kira potensi orang jenius di Indonesia sangat banyak," ujarnya.
"Presiden ingin melihat agar anak-anak pintar ini bisa bekerjasama dengan badan-badan teknologi tinggi di Silicon Valley. Di Silicon Valley ini ada sekitar 100 orang Indonesia. Presiden ingin bertemu mereka, berbagi dan mengajak mereka bekerja pada industri-industri teknologi tinggi kita di kemudian hari."
Selain memberi kesempatan kepada para pemilik startup Indonesia ini berdialog langsung dengan perusahaan-perusahaan teknologi tinggi di Silicon Valley, Indonesia juga akan menyampaikan peta perdagangan dunia maya yang disebut “roadmap e-commerce”, yang berisi informasi tentang kondisi dan nilai tambah investasi di Indonesia, lengkap dengan kemudahan birokrasi dan perpajakan hingga ketenagakerjaan.
Menurut Menteri Luar Negeri Retno Marsudi dalam konferensi pers di Jakarta Rabu (21/10), lawatan Presiden Joko Widodo ke Amerika ini dibagi menjadi dua bagian, Pesisir Timur dan Pesisir Barat.
Lawatan ke pesisir timur AS ditujukan untuk mengembangkan kemitraan strategis bagi perdamaian dan kemakmuran, sementara lawatan ke pesisir barat Amerika ditujukan untuk memperkenalkan Indonesia sebagai ekonomi digital terbesar di Asia Tenggara.
Retno mengatakan ada empat nota kesepahaman (MoU) yang akan ditandatangani oleh Indonesia dan Amerika dalam lawatan ini, yaitu perjanjian pertahanan, keamanan maritim, dukungan berkelanjutan bagi kemandirian bahan bakar sektor penerbangan, dan perjanjian energi.
Keempat perjanjian ini menurut rencana akan ditandatangani sebelum Presiden Jokowi bertemu dengan Obama. Ini belum termasuk 15 kontrak bisnis antara sektor swasta kedua negara.
Informasi lengkap mengenai lawatan Presiden Joko Widodo di Amerika bisa disimak melalui berbagai kanal VOA Siaran Indonesia. Perkembangan terkininya bisa juga disimak melalui jaringan media sosial kami dengan menggunakan tagar #JokowiDiAS. [em/gp]