Partai-partai Islam dan sekuler akan bersaing dalam pemilihan bulan Juni untuk memperebutkan kursi di majelis nasional yang akan menyusun konstitusi baru bagi negara di Afrika utara itu.
Para pengamat politik mengatakan, Ikhwanul Muslimin Libya mungkin akan muncul sebagai kekuatan politik yang paling terorganisir dan menjadi pemenang pemilu, seperti di Tunisia, Mesir, dan Maroko.
Lamine Belhadj, yang mengepalai komite pendirian partai baru, kepada Reuters dalam sebuah konferensi pers mengatakan, pihaknya akan mempertemukan berbagai kalangan Islamis.
Belhadj, seorang pejabat senior di Dewan Transisi Nasional (NTC) dan anggota komisi pemilu, mengatakan, partai baru itu belum diberi nama. Para pemimpinnya belum dipilih karena tengah dirundingkan bersama.
Munculnya partai-partai Islam menimbulkan kekhawatiran di kalangan sekuler di negara-negara Arab. Mereka khawatir pemerintah baru akan menerapkan peraturan-peraturan yang berhubungan dengan agama ke masyarakat atau mengusahakan agar konstitusi pasca pergolakan sesuai dengan hukum Islam, Syariah.