Rakyat Libya merayakan satu tahun revolusi yang menyebabkan tergulingnya diktator Moammar Gaddafi yang telah 42 tahun berkuasa.
Seusai sholat Jumat, ratusan demonstran melambai-lambaikan bendera, berkumpul di lapangan utama kota Benghazi, Libya Timur, tempat lahirnya gerakan oposisi. Pejabat-pejabat keamanan dalam kesiagaan tinggi di Benghazi, dan jalan-jalan di beberapa kota ditutup guna mencegah kekacauan.
Perayaan juga dilaporkan berlangsung di ibukota, Tripoli, dan kota-kota lain di seantero negara itu. Perayaan spontan dimulai Kamis malam. Penguasa baru Libya belum menyelenggarakan perayaan resmi di tingkat nasional sebagai tanda penghormatan kepada ribuan orang yang meninggal atau luka-luka dalam konflik itu.
Dalam suatu pernyataan, Gedung Putih menyampaikan ucapan selamat kepada Libya dalam memperingati satu tahun revolusi bersejarah, dengan mengatakan rakyat Libya “mengalahkan rezim yang kejam dan meraih kebebasan mereka.”
Sekjen PBB Ban Ki Moon juga mengeluarkan pernyataan, mendesak rakyat Libya agar bersatu dalam semangat rekonsiliasi selagi negara itu mengarah ke pemerintahan demokratis. Ban mengatakan, "revolusi atas nama HAM tidak boleh ternoda oleh pelanggaran melainkan harus mewujudkan keadilan melalui penegakan hukum."
Banyak warga Libya mengungkapkan rasa puas dan optimisme mereka dengan apa yang telah dicapai setelah revolusi itu.
Meski demikian, mantan menteri perminyakan dan keuangan, Ali Al Tarhoni, mengatakan masih banyak pekerjaan yang harus dilakukan. Ia mengatakan, revolusi telah memenuhi tuntutan penting, yakni membebaskan negara dan menggulingkan rezim otokratik, namun kini negara sedang berada dalam tahap pembangunan kembali.
Pasukan transisi melancarkan pemberontakan Februari lalu dan mengusir Gaddafi dari Tripoli pada bulan Agustus, yang sekaligus mengakhiri kekuasaannya yang telah berlangsung selama 42 tahun. Ribuan orang tewas dan terluka dalam konflik itu.
Gaddafi tewas Oktober lalu ketika pasukan oposisi menyerbu Sirte, kampung halaman mantan pemimpin itu.
