Pertempuran antara pasukan Israel dan militan di perbatasan Lebanon dan di Gaza mereda hari Jumat (7/4) malam, karena tampaknya tidak ada pihak yang ingin memperpanjang kekerasan baru-baru ini.
Hari Jumat pagi, pasukan Israel melancarkan serangan udara di Gaza dan Lebanon, sebagai pembalasan atas serangan roket ke wilayah Israel, di mana Israel menuduh kelompok militan Palestina, Hamas, sebagai pelakunya.
Jeda dalam serangan-serangan berikutnya telah meredakan kekhawatiran bahwa eskalasi besar konflik Israel-Palestina sedang berlangsung.
Namun, dua saudara perempuan Israel terbunuh dan ibu mereka terluka dalam insiden penembakan di Tepi Barat yang diduduki, dan pasukan Israel sedang memburu pria bersenjata itu.
Kelompok Hamas, yang menguasai Gaza, memuji penembakan di Tepi Barat itu tetapi tidak mengklaim bertanggung jawab.
Salat berjamaah selama Ramadan di Masjid Al-Aqsa di Yerusalem, di mana kekerasan antara polisi Israel dan jamaah Muslim meletus awal pekan ini, dilakukan tanpa insiden besar hari Jumat ini. Selain beberapa lemparan batu, polisi mengatakan kompleks itu sepi.
"Tidak ada yang menginginkan eskalasi sekarang," kata seorang juru bicara militer Israel. "Ketenangan akan dijawab dengan ketenangan pada tahap ini, saya pikir, setidaknya dalam beberapa jam mendatang."
Seorang pejabat kelompok militan Palestina mengatakan kepada Reuters bahwa kelompoknya siap untuk tetap tenang seandainya Israel melakukan hal yang sama, dengan mengatakan bahwa kelompoknya telah "menegaskan sikapnya".
Jumat pagi, serangan udara Israel menghantam beberapa bagian Gaza, di mana militer mengatakan ada terowongan dan tempat pembuatan senjata Hamas.
Militer Israel mengatakan pihaknya juga menargetkan instalasi Hamas di Lebanon selatan dalam serangan udara Jumat. Sebuah stasiun televisi Lebanon melaporkan terjadinya ledakan di kota pelabuhan Tirus.
Militer Israel meningkatkan kehadiran pasukannya di sepanjang perbatasan negara itu dengan Lebanon dan Gaza “untuk mempersiapkan semua skenario yang mungkin terjadi.”
Ketegangan meningkat di wilayah tersebut menyusul bentrokan antara polisi Israel dan warga Palestina di dalam kompleks masjid Al-Aqsa, situs tersuci ketiga umat Islam. Situs ini merupakan bagian dari Kota Tua Yerusalem, yang sama-sama disakralkan oleh umat Kristen, Yahudi, dan Muslim. Kompleks al-Aqsa menghadap ke Tembok Barat, tempat suci untuk berdoa bagi orang Yahudi yang menjadikan Temple Mount sebagai situs paling suci mereka. Orang Yahudi percaya Raja Salomo (Nabi Sulaiman) membangun kuil pertama di sana 3.000 tahun yang lalu.
Kekacauan meletus di masjid sebelum salat subuh hari Rabu antara polisi Israel yang memegang tongkat dan jemaah Muslim Palestina yang meneriakkan slogan-slogan pro-Hamas.
Polisi Israel menggerebek Al-Aqsa dan memukuli jemaah Palestina, menangkap dan memindahkan ratusan orang dari kompleks dalam apa yang mereka katakan sebagai upaya untuk menghilangkan para agitator yang bersembunyi di masjid.
Video penggerebekan itu menuai kecaman dari seluruh dunia Arab.
Selama bulan Ramadan, banyak umat Islam melihatnya sebagai kewajiban agama untuk melakukan i'tikaf, yaitu bermalam dan berdoa di masjid.
Pada hari Kamis, Israel mengatakan lusinan serangan roket diluncurkan ke Israel dari wilayah Lebanon. Israel menyalahkan Hamas atas serangan itu, meskipun kelompok militan di Gaza itu tidak mengatakan bahwa Hamas berada di balik serangan itu.
Serangan roket dari Lebanon selatan ke Israel itu, termasuk yang terbesar sejak perang 2006 antara Israel dengan kelompok Hizbullah Lebanon yang didukung Iran. Serangan itu menghentikan hari raya Paskah Yahudi dan membuat penduduk berlarian mencari perlindungan. Sementara, serangan roket dari Gaza menghantam setidaknya satu rumah, lapor Reuters.
Israel meminta Dewan Keamanan PBB untuk mengutuk Lebanon dan Hamas atas serangan tersebut.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan pada hari Jumat, “Tanggapan Israel malam ini dan di masa depan, akan menuntut harga (pembalasan) yang mahal.”
Amerika Serikat, Inggris, dan Perserikatan Bangsa-Bangsa, walaupun mengakui hak Israel untuk membela diri, mendesak semua pihak untuk menahan diri. [pp/ft]
