Tudingan Amerika bahwa Kopassus telah melakukan pelanggaran HAM di Timor Timur menjelang pelaksanaan referendum tahun 1999, membuat otorita berwenang membekukan sejumlah kerjasama militer, termasuk latihan militer bersama yang kerap dilakukan pasukan elit kedua negara. Selama hampir 20 tahun upaya memulihkan hubungan dan memulai kembali latihan bersama itu tidak membuahkan hasil.
Namun dalam pertemuan Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu dengan Pejabat Menteri Pertahanan Amerika Patrick Michael Shanahan di Jakarta, Kamis siang (30/5), kedua pejabat sepakat untuk memulai kembali latihan bersama tersebut tahun depan.
“Highlight dari pertemuan ini adalah adanya langkah yang signifikan dimana departemen pertahanan akan melakukan training dengan Kopassus Unit 81. Ini akan dimulai tahun depan. Saya gembira kita mengambil langkah ini, dan saya percaya pernyatan bersama yang kita tandatangani adalah fondasi kerja yang baik dan penting, yang akan berguna di masa depan,” kata Shanahan.
Juru bicara Pentagon Letkol. Dave Eastburn dalam pernyataan tertulis memberikan informasi lebih rinci mengenai hal ini.
“Latihan yang direncanakan itu akan dilangsungkan antara pasukan khusus Amerika dengan Kopassus Unit 81, salah satu unit anti-teror utama di Indonesia. Perencanaannya baru dimulai, namun konsep awalnya akan mencakup tanggapan krisis, penyelamatan sandera dan pengamanan hak asasi. Kami memperkirakan latihan itu akan berlangsung antara empat hingga enam minggu, dan melibatkan 150 peserta,” tukasnya.
Ryamizard: Indonesia-AS Siap Perkuat Kerjasama Pemberantasan Terorisme
Dalam konferensi pers seusai pertemuan itu, Ryamizard juga mengatakan keduanya membahas isu terorisme yang akhir-akhir ini jumlahnya cenderung meningkat. Indonesia dan Amerika siap memperkuat kerjasama terkait ancaman terorisme ini lewat program ASEAN “Our Eyes” yang diinisiasi pemerintah Indonesia. Program ini memungkinkan negara-negara anggota ASEAN saling tukar informasi dalam menghadapi ancaman terorisme.
“Potensi ancaman terorisme, dan radikalis generasi ketiga – karena generasi pertama adalah kita tahu masalah Al-Qaedah, yang kedua ISIS yaitu Irak dan Syria, yang ketiga ini setelah mereka dihancurkan di Timur Tengah, lari kemana-mana diantaranya lari ke Indonesia dan Filipina; nah ini yang kita akan bahas. Kalau dulu sudah repot, ditambah lagi sana jadi banyak, karena itu kita berharap tidak ada musuh diantara negara. Musuh kita ini satu yaitu teroris,” ungkap Ryamizard.
Dalam membahas isu terorisme itu, kedua pejabat tinggi juga mengkaji penanganan pengungsi Muslim-Rohingya. Menurut Ryamizard, ini penting karena jika penanganan pengungsi ini tidak baik maka mereka akan direkrut oleh teroris.
Konflik Laut Cina Selatan juga menjadi topik bahasan lain Ryamizard dan Shanahan. Indonesia, ujar Ryamizard, mendukung penyelesaian secara damai dan menghormati sepenuhnya proses diplomatik dan proses hukum sesuai dengan hukum internasional, khususnya UNCLOS 1982.
Ryamizard Berharap Amerika Bantu Upaya Rehabilitas Medis Prajurit yang Cedera Pasca Tugas
Ryamizard juga menyampaikan permintaan khusus kepada Shanahan terkait rehabilitasi medis untuk para prajurit yang cedera pasca bertugas. Ia ingin para prajurit TNI yang cedera pasca bertugas, dapat kembali bisa bertugas sebagai prajurit, sebagaimana yang terjadi pada para prajurit di AS sana.
“Ini ada permintaan saya kepada Menteri Pertahanan AS, tentang rehab medik. Rehab medik disini kan setelah prajurit celaka tidak kembali ke pekerjaannya semula, tapi disalurkan yang lain, misalnya tukang photo, atau tukang apalah. Tapi kalau di AS dia back to basic. Walaupun dia buntung, dia sebagai prajurit kembali lagi bertempur itu yang dilakukan. Nah ini yang saya mau, saya lihat sendiri, kan anak saya juga patah, dia akan kembali lagi. Kalau dia peterjun, kembali ke terjun. Tidak langsung terbuang. Ini saya ajukan dan Amerika setuju. Mudah-mudahan ke depan prajurit kita tidak ada lagi yang penyalurannya kurang benar, walaupun dia cacat dia bangga sebagai prajurit, kembali lagi bertempur, itu yang kita inginkan,” jelasnya.
Kedua pejabat juga sepakat meningkatkan kerjasama dalam industri pertahanan, antara lain lewat program perdagangan dan pengalihan senjata (Defense Trade and Arm Transfer /DTAT), juga kerjasama survey bawah laut yaitu preverasi kerangka kapal perang dan jenazah tentara Amerika di wilayah perairan Indonesia. (gi/em)