JAKARTA —
Indonesia dan Korea Selatan sedang menyiapkan kerjasama bilateral sektor ekonomi yang akan dituangkan dalam Indonesia-Korea Comprehensive Economic Partnership Agreement (IKA-CEPA).
Wakil Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (KADIN) Indonesia bidang lingkungan dan perubahan iklim, Shinta Kamdani mengatakan, Korea Selatan juga berminat berinvestasi dalam sektor energi terbarukan.
Shinta mengatakan, meski masih butuh waktu untuk merealisasikan rencana tersebut, KADIN dan pemerintah Indonesia menyambut baik karena energi terbarukan semakin menjadi tujuan setiap negara di dunia untuk menyelesaikan masalah keterbatasan energi.
“Arahnya sudah ke sana, langsung mereka akan implementasi, tapi kan semua itu perlu waktu. Tugas kami memfasilitasi dan mendorong lebih banyaknya investasi dibidang energy terbarukan,” ujar Shinta kepada VOA, Sabtu (12/10).
“zdekarang ini Korea mau membuat satu lompatan mereka mau menunjukkan dengan penandatanganan ini nantinya investasi yang masuk akan jauh lebih besar lagi. Makanya dia mendorong banyaknya perusahaan-perusahaan untuk masuk ke Indonesia.”
Presiden Korea Selatan Park Geun Hyi menandatangani kerjasama beberapa sektor usaha antara Indonesia dan Korea Selatan di Jakarta Jumat.
Dalam acara tersebut, Menteri Perdagangan, Industri dan Energi Korea Selatan, Yoon Sang-jik mengatakan, 1.500 perusahaan Korea Selatan sudah beroperasi di Indonesia, diantaranya dalam industri elektronik, tekstil dan konstruksi.
“Korea Selatan percaya bahwa Indonesia merupakan negara tujuan investasi bagi semua negara, termasuk Korea Selatan, dan Indonesia sangat baik untuk melakukan kerjasama perdagangan dengan negara-negara lain,” ujarnya.
Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo), Sofyan Wanandi menilai, meski kerjasama ekonomi antara Indonesia dan Korea Selatan hingga saat ini positif dan akan terus ditingkatkan, ada ha-hal yang harus tetap diperhatikan yaitu manfaat dan keuntungan harus dirasakan adil bagi kedua negara.
“Dia mau investasi paling besar di Asia ini adalah (di) Indonesia, dan itulah janji-janji dia yang kita lihat. Kita ini ada hal-hal yang perlu kita perbaiki, dalam arti musti ada win-winnya dong, karena ada hal-hal menurut kita juga yang mungkin lebih banyak menguntungkan dia dari kita,” ujarnya.
Wakil Menteri Perdagangan Bayu Krisnamurthi mengatakan, pemerintah dan pengusaha Korea Selatan juga berharap Indonesia mampu berperan dalam perdagangan internasional.
“Mereka sangat tertarik menawarkan beberapa bidang investasi yang mereka pikirkan adalah elektronik dan Teknologi Informasi, kemudian otomotif, baja kemudian infrastruktur, termasuk infrastruktur perdagangan, logistik dan ritel. Korea bermaksud untuk menguatkan lagi ekonominya, dan mendukung Indonesia bisa menjadi negara ketujuh ekonomi dunia seperti yang selama ini sudah disampaikan,” ujarnya.
Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Mahendra Siregar mengatakan, BKPM akan terus mempelajari berbagai rencana kerjasama kedua negara agar realisasi yang dicapai tidak merugikan pihak manapun.
“Terbesar adalah Jepang, sedangkan Korea dan Amerika kedua ketigalah, saling bergantian. Saya mau lihat dulu karena memang dilihat dari segi perdagangan ada komitmen, cuma saya mau lihat bagaimana komitmen di CEPA itu juga terefleksi baik dalam satu mekanisme merealisasi investasi,” ujarnya.
Hingga 2012, realisasi kerjasama perdagangan antara Indonesia dan Korea Selatan mencapai US$26,9 miliar. Nilai ekspor produk Indonesia ke Korea Selatan adalah $15 miliar, sementara nilai ekspor Korea Selatan ke Indonesia adalah $11,9 miliar.
Sementara itu, realisasi kerjasama perdagangan kedua negara pada periode Januari hingga Juni 2013 adalah sebesar $11,9 miliar. Angka tersebut defisit bagi Indonesia kerana ekspor produk Indonesia ke Korea Selatan sebesar $5,8 miliar sementara dan impor dari Korea Selatan adalah $6,1 miliar.
Wakil Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (KADIN) Indonesia bidang lingkungan dan perubahan iklim, Shinta Kamdani mengatakan, Korea Selatan juga berminat berinvestasi dalam sektor energi terbarukan.
Shinta mengatakan, meski masih butuh waktu untuk merealisasikan rencana tersebut, KADIN dan pemerintah Indonesia menyambut baik karena energi terbarukan semakin menjadi tujuan setiap negara di dunia untuk menyelesaikan masalah keterbatasan energi.
“Arahnya sudah ke sana, langsung mereka akan implementasi, tapi kan semua itu perlu waktu. Tugas kami memfasilitasi dan mendorong lebih banyaknya investasi dibidang energy terbarukan,” ujar Shinta kepada VOA, Sabtu (12/10).
“zdekarang ini Korea mau membuat satu lompatan mereka mau menunjukkan dengan penandatanganan ini nantinya investasi yang masuk akan jauh lebih besar lagi. Makanya dia mendorong banyaknya perusahaan-perusahaan untuk masuk ke Indonesia.”
Presiden Korea Selatan Park Geun Hyi menandatangani kerjasama beberapa sektor usaha antara Indonesia dan Korea Selatan di Jakarta Jumat.
Dalam acara tersebut, Menteri Perdagangan, Industri dan Energi Korea Selatan, Yoon Sang-jik mengatakan, 1.500 perusahaan Korea Selatan sudah beroperasi di Indonesia, diantaranya dalam industri elektronik, tekstil dan konstruksi.
“Korea Selatan percaya bahwa Indonesia merupakan negara tujuan investasi bagi semua negara, termasuk Korea Selatan, dan Indonesia sangat baik untuk melakukan kerjasama perdagangan dengan negara-negara lain,” ujarnya.
Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo), Sofyan Wanandi menilai, meski kerjasama ekonomi antara Indonesia dan Korea Selatan hingga saat ini positif dan akan terus ditingkatkan, ada ha-hal yang harus tetap diperhatikan yaitu manfaat dan keuntungan harus dirasakan adil bagi kedua negara.
“Dia mau investasi paling besar di Asia ini adalah (di) Indonesia, dan itulah janji-janji dia yang kita lihat. Kita ini ada hal-hal yang perlu kita perbaiki, dalam arti musti ada win-winnya dong, karena ada hal-hal menurut kita juga yang mungkin lebih banyak menguntungkan dia dari kita,” ujarnya.
Wakil Menteri Perdagangan Bayu Krisnamurthi mengatakan, pemerintah dan pengusaha Korea Selatan juga berharap Indonesia mampu berperan dalam perdagangan internasional.
“Mereka sangat tertarik menawarkan beberapa bidang investasi yang mereka pikirkan adalah elektronik dan Teknologi Informasi, kemudian otomotif, baja kemudian infrastruktur, termasuk infrastruktur perdagangan, logistik dan ritel. Korea bermaksud untuk menguatkan lagi ekonominya, dan mendukung Indonesia bisa menjadi negara ketujuh ekonomi dunia seperti yang selama ini sudah disampaikan,” ujarnya.
Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Mahendra Siregar mengatakan, BKPM akan terus mempelajari berbagai rencana kerjasama kedua negara agar realisasi yang dicapai tidak merugikan pihak manapun.
“Terbesar adalah Jepang, sedangkan Korea dan Amerika kedua ketigalah, saling bergantian. Saya mau lihat dulu karena memang dilihat dari segi perdagangan ada komitmen, cuma saya mau lihat bagaimana komitmen di CEPA itu juga terefleksi baik dalam satu mekanisme merealisasi investasi,” ujarnya.
Hingga 2012, realisasi kerjasama perdagangan antara Indonesia dan Korea Selatan mencapai US$26,9 miliar. Nilai ekspor produk Indonesia ke Korea Selatan adalah $15 miliar, sementara nilai ekspor Korea Selatan ke Indonesia adalah $11,9 miliar.
Sementara itu, realisasi kerjasama perdagangan kedua negara pada periode Januari hingga Juni 2013 adalah sebesar $11,9 miliar. Angka tersebut defisit bagi Indonesia kerana ekspor produk Indonesia ke Korea Selatan sebesar $5,8 miliar sementara dan impor dari Korea Selatan adalah $6,1 miliar.