Undang-undang di Texas yang umumnya melarang aborsi setelah kehamilan memasuki usia enam minggu akan dibiarkan berlaku, sementara Mahkamah Agung menunggu untuk mendengar argumen lisan dalam kasus itu pada November mendatang.
Mahkamah Agung pada Jumat (22/10) mengumumkan bahwa mereka akan mendengar argumen lisan dalam kasus itu mulai 1 November, yaitu soal apakah pemerintah federal dapat menuntut negara bagian Texas atas undang-undang itu.
Kantor berita Associated Press melaporkan undang-undang di Texas, yang telah berlaku sejak September lalu, telah mengurangi jumlah aborsi di negara bagian itu hingga 80 persen.
Departemen Kehakiman mengajukan gugatan atas undang-undang itu setelah upaya menangguhkan undang-undang yang diajukan oleh penyedia jasa aborsi itu ditolak oleh pengadilan. Awal bulan ini hakim distrik Robert Pitman memutuskan untuk menangguhkan pemberlakuan undang-undang itu, tetapi keputusan itu dibatalkan dua hari kemudian oleh panel tiga hakim Pengadilan Banding Sirkuit ke-5.
Di hadapan Mahkamah Agung, Texas menyatakan “singkatnya, jauh dari kesalahan yang terbukti, kesimpulan pengadilan banding bahwa undang-undang di Texas itu akan menang tampaknya benar.”
Pemerintah Biden menilai undang-undang itu tidak konstitusional karena “berdasarkan hukum konstitusional, sebuah negara bagian tidak boleh melarang perempuan mana pun untuk membuat keputusan akhir guna mengakhiri kehamilannya sebelum ada tanda-tanda kehidupan.”
Undang-undang aborsi di Texas ini unik karena juga memberikan hak pada warga untuk menuntut siapa pun yang melakukan atau membantu seorang perempuan melakukan aborsi. Individu yang berhasil membuat diajukannya gugatan hukum terhadap tindakan aborsi akan diberi hadiah $10 ribu. [em/rs]
