Peralatan baru murah yang didukung oleh PBB mungkin bisa membantu negara-negara berkembang mengendalikan polusi yang membunuh jutaan orang setiap tahunnya.
Kabut beracun menutupi langit Nairobi. Bus-bus menyemburkan asap abu-abu di setiap lampu lalu-lintas. Kemacetan di kota tersebut menambahkan gas dan partikel berbahaya ke udara.
Polusi adalah ancaman langsung bagi kesehatan Tabitha Wangeci. Ia harus berurusan dengan penyakit asma di salah satu "pemukiman liar" kota tersebut, bahasa halus untuk daerah kumuh. Dengan sedikit uang yang ia dapatkan dari menjual batu bara, ia tidak selalu bisa berobat untuk penyakit asmanya.
“Dada saya selalu sesak, rasanya tulang rusuk saya selalu kering," katanya. "Saya kekurangan oksigen, lalu mulai terengah-engah."
Masalah polusi
Ia tidak sendirian.
“Banyak warga Nairobi yang terekspos setiap hari pada polusi udara yang mempunyai dampak jangka panjang yang serius," kata Menteri Lingkungan Kenya pada konferensi pers Program Lingkungan Hidup PBB yang baru-baru ini diadakan.
Selama seperempat abad, spesialis paru-paru Dr. Ndambuki Mboloi mengobati pasien di Rumah Sakit Nasional Kenyatta. Sertifikat tanda terima kasih untuk Hari Asma Dunia terpampang di kantornya yang sempit.
Mboloi mengatakan kabut asap yang menutupi Nairobi meningkatkan tingkat penyakit asma, jantung, paru-paru dan infeksi saluran pernapasan.
“Dilihat dari jumlah pasien dengan masalah pernapasan yang kami tangani, keadaannya bisa jadi semakin parah," ujarnya.
Kesenjangan informasi
Polusi udara terbuka menewaskan sekitar 3,7 juta orang setiap tahunnya di seluruh dunia, menurut Organisasi Kesehatan Dunia, WHO.
Tapi di Nairobi, seperti di banyak negara berkembang lainnya, tidak ada cukup informasi tentang betapa buruknya masalah itu, yang justru menimbulkan masalah tersendiri.
Contohnya, undang-undang polusi udara Nairobi “banyak fokus pada pembatasan emisi dari industri, sementara penghasil polusi nomor satu adalah kendaraan, pembakaran sampah dan polusi udara dalam ruangan," kata ahli kimia atmosfer UNEP, George Mwaniki.
“Kurangnya data menghasilkan kebijakan yang tidak mengatasi masalah," tambahnya.
Peralatan baru
Tapi UNEP berharap keadaan itu bisa berubah, dengan bantuan monitor kualitas udara baru yang mengukur tingkat polutan utama dengan biaya sekitar seperseratus biaya peralatan standar.
“Teknologi yang kami luncurkan... adalah cara untuk mengukur polutan dengan sangat akurat dan sangat murah," kata pimpinan ilmuwan UNEP Jacqueline McGlade.
McGlade mengatakan kota-kota bisa membangun jaringan monitor yang efektif dengan biaya terjangkau. Para pembuat kebijakan bisa mengidentifikasi sumber polusi dan menargetkan kebijakan dengan tepat.
Cetak biru untuk monitor akan tersedia gratis untuk publik. Menteri Lingkungan Hidup Wakhungu mengatakan monitor tersebut bisa diproduksi setempat, membantu Kenya mengembangkan industri teknologinya.
“Informasi saja tidak cukup, tapi cukup untuk membantu mengambil tindakan," kata McGlade.