Lebih dari 100 migran tewas ketika dua perahu karet membawa mereka rusak di Laut Tengah di lepas pantai Libya pada awal September.
Lembaga bantuan internasional, Doctors Without Borders (MSF) atau Dokter Tanpa Tapal Batas, dalam laporan di situsnya pada Senin (10/9) mengatakan sebagian besar migran itu berasal dari Sudan, Mali, Nigeria, Kamerun, Ghana, Libya, Aljazair dan Mesir.
Korban yang dirawat oleh kelompok bantuan itu mengatakan, salah satu perahu mengalami kerusakan mesin, sementara perahu lainnya bocor dan mulai tenggelam.
"Ada 165 orang dewasa dan 20 anak di atas " perahu karet yang bocor itu, kata seorang korban selamat yang tidak diketahui namanya kepada MSF.
Laporan itu mengatakan hanya 55 orang dari perahu itu selamat ketika helikopter datang dan menjatuhkan jaket ke perairan itu. Hal itu terjadi beberapa jam sebelum penjaga pantai Libya menyelamatkan mereka dari kedua perahu itu.
"Lebih dari 20 anak meninggal, termasuk dua kembar berusia 17 bulan," kata MSF dalam laporan yang mengutip korban selamat.
MSF merawat para migran itu di pusat-pusat penahanan Libya di mana mereka ditahan. Organisasi itu mengatakan, stafnya telah menangani 18 kasus mendesak, termasuk sembilan "penderita luka bakar kimia yang parah (hingga 75 persen dari tubuh)" akibat bahan bakar mesin. Enam lainnya dipindahkan ke rumah sakit.
"Kami sangat khawatir dengan pasien kami. Bagaimana mereka bisa pulih jika mereka ditahan dalam sel dalam kondisi kebersihan yang sangat buruk?" kata Jai Defranciscis, perawat MSF yang bekerja di Misrata di Libya barat laut dalam laporannya.
Laporan itu juga mengatakan "alih-alih menerima dukungan yang mereka butuhkan, para pengungsi dan migran itu ditangkap dan ditahan dalam kondisi hidup yang menyedihkan, tanpa perlindungan mendasar atau bantuan hukum."
MSF kembali menyerukan diakhirinya "penahanan sewenang-wenang atas ribuan pengungsi dan migran di seluruh Libya." [my]