Koalisi oposisi utama Yaman mengatakan rencana kelompok Teluk Arab untuk mengakhiri krisis politik di negara itu telah "mati," bahkan selagi utusan pemimpin Dewan Kerjasama Teluk (GCC) mengadakan pembicaraan dengan kedua belah pihak dalam upaya menghidupkan kembali rencana itu.
Para pejabat bersama pihak yang beroposisi, Joint Meeting Parties, hari Minggu mengatakan mereka telah menganggap rencana GCC "benar-benar mati" setelah Presiden Yaman Ali Abdullah Saleh menolak untuk menandatangani rencana itu. Rancangan usulan terbaru memungkinkan Saleh untuk menandatangani rencana itu hanya dalam kapasitasnya sebagai ketua Partai Kongres Rakyat Umum yang berkuasa di Yaman, dan bukan sebagai presiden.
Kelompok-kelompok protes dan partai-partai oposisi menolak rencana terbaru, mengatakan mereka "tidak akan bekerja sama dengan rencana yang akan memperpanjang masa rezim."
Ketua dari enam negara GCC, Abdullatif al-Zayani, mengadakan pembicaraan terpisah hari Minggu di ibukota Yaman, Sana'a, dengan perunding utama dari pihak oposisi Mohammed Basindwa dan perwakilan dari partai yang berkuasa.
Seorang pejabat oposisi mengatakan Zayani mengutip pemimpin partai yang berkuasa ingin transisi pengunduran diri presiden Saleh disamakan dengan resolusi konflik Yaman dengan pemberontak di utara dan pihak separatis di selatan. Zayani juga mengatakan partai yang berkuasa ingin menghentikan aksi protes jalanan berhari-hari yang melibatkan puluhan ribu orang menuntut pengunduran diri secara langsung presiden Saleh setelah hampir 33 tahun berkuasa.
Demonstrasi berlanjut hari Minggu, ribuan orang melakukan rapat umum di kota-kota besar Yaman.