Kemacetan politik Venezuela semakin dalam hari Rabu (26/10), sementara puluhan ribu demonstran turun ke jalan-jalan di beberapa kota dan para pemimpin oposisi menyerukan pemogokan umum akhir pekan ini.
Sebagian sekolah dan toko-toko ditutup hari Rabu di Caracas pada waktu demonstran berbaris menuju tempat-tempat penting di seluruh kota, untuk mendukung kampanye menggulingkan Presiden Nicolas Maduro.
"Saya ingin sebuah negara yang lebih baik. Saya lelah bahwa kita tidak bisa melakukan apa- apa, bahwa kita semua hidup dengan hak-hak yang terbatas dan sekarang saatnya bagi kita untuk menjalani hidup kita yang pantas," kata Juan Padilla, pendukung oposisi.
Pihak oposisi mengumumkan pemogokan 12 jam hari Jumat sebagai usaha lain untuk memaksa Maduro bertanggung jawab atas krisis ekonomi yang parah di negara itu.
Beberapa jam setelah demonstrasi, Maduro menyampaikan pidato yang disiarkan secara nasional menyerukan persatuan politik.
"Apa yang kita lakukan dengan rakyat Venezuela adalah dialog demi perdamaian dan keadilan. Tapi ada orang-orang yang tidak bertanggung-jawab yang menyerukan tindakan kekerasan," ujar Maduro.
Jajak pendapat menunjukkan sekitar 75 persen warga Venezuela ingin melihat Maduro disingkirkan dari kekuasaan, dan menyalahkannya atas keruntuhan standar kehidupan di negara itu, meskipun Maduro menyalahkan konspirasi kapitalis yang menyebabkan hal itu.
Pihak berwenang dalam pemilu mencegah usaha pemecatan Maduro itu pekan lalu, dan ketegangan meningkat Selasa ketika pihak legislatif yang dipimpin oposisi menetapkan untuk mengadakan pengadilan politik terhadap presiden, menuduhnya melanggar konstitusi. Tapi sidang seperti itu tidak memiliki kekuatan hukum karena konstitusi Venezuela tidak memberi kekuasaan pada kongres untuk menggulingkan presiden.
Meskipun terjadi berbagai aksi protes, Maduro dan para pemimpin oposisi menurut rencana akan mengadakan pembicaraan hari Minggu di Pulau Margarita. [sp/ii]