Pengamat teroris dari Universitas Malikus Saleh Aceh, Al-Chaidar menyatakan penangkapan tersangka teroris Abu Tholut oleh Tim Detasemen Khusus 88 Anti Teror Mabes Polri akan menimbulkan kelumpuhan yang signifikan bagi
jaringan terrorisme di Indonesia.
Abu Tholut, alias Mustofa alias Pranata Yudha, ditangkap tim Detasemen Khusus 88 Anti Teror Mabes Polri di Kecamatan Bae, kudus, Jawa Tengah hari Jumat. Dalam penangkapan tersebut Abu Tholut yang merupakan salah satu gembong teroris yang selama ini dicari tidak memberikan perlawanan.
Abu Tholut merupakan tersangka teroris yang diduga berperan penting dalam perampokan Bank Cimb Niaga, Medan pada pertengahan Agustus lalu dan sejumlah kegiatan teroris lainnya.
Pengamat teroris dari Universitas Malikus Saleh Aceh, Al Chaidar mengungkapkan sepeninggal gembong teroris Doktor Azhari dan Noordin M. Top, Abu Tholut memiliki peran penting dalam jaringan teroris di Indonesia, karena dia merupakan orang yang menentukan arah strategi perjuangan kelompok teroris ini yang sebelumnya menggunakan bom berubah menjadi menggunakan senjata dalam penyerangan.
Selain itu, Abu Tholut juga orang yang melakukan perubahan sehubungan dengan target mereka. Sebelumnya sasaran mereka adalah Amerika dan sekutunya serta gereja, namun kini Abu Tholut merubahnya dengan menetapkan musuh lokal seperti kepolisian dan aparat keamanan lainnya sebagai target mereka.
Penangkapan Abu Tholut dalam operasi Densus 88 Anti teror menurut Al-Chaidar akan menimbulkan kelumpuhan yang signifikan bagi jaringan terorisme di Indonesia.
Al-Chaidar, mengatakan, "Dia (Abu Tholut) sangat menentukan dan bahkan otoritas dia sekarang ini sudah melampaui di atas Ustadz Abu Bakar Baasyir karena tindakan-tindakan dia dianggap itu jauh lebih strategis dan jauh lebih banyak didukung oleh kalangan internal, meskipun dukungan dari Al-Qaida masih tergolong kecil tapi dibandingkan dukungan Al-Qaida kepada pemimpin –peminpin lainnya jauh lebih besar kepada dia".
Kepala Bidang Penerangan Umum Mabes Polri, Komisaris Besar Boy Rafli Amar mengatakan dalam penangkapan tersebut, Tim Densus 88 Anti Teror telah menyita sebuah senjata jenis FN dan sejumlah peluru caliber 9 milimeter. Dan hingga saat ini pihaknya kata Boy Rafli terus melakukan pemeriksaan terhadap Abu Tholut dan melakukan pengejaran terhadap tersangka teroris lainnya.
Rencananya Abu Tholut hari Jumat akan dibawa ke Jakarta untuk pemeriksaan lebih lanjut, namun hal tersebut urung dilakukan.
Boy Rafli Amar mengatakan, "Tersangka AT (Abu Tholut) ini diduga terlibat dalam kegiatan-kegiatan pelatihan militer yang diselenggarakan di wilayah Provinsi Aceh dan kemudian tindak pidana terorisme yang terjadi di Sumatera Utara."
Sementara, mantan pimpinan Jamaaah Islamiyah Nasir Abbas menyebut Abu Tholut sebagai instruktur terbaik dalam operasi militer di Afganistan.
Nasir Abbas menambahkan, "Abu Tholut ini bukan sembarangan orang. Dulu 5 tahun menjadi instruktur di Afganistan dan salah satu best instruktur saya dalam hal field engineering untuk penghancuran, itu yang diajarkan."
Pada bulan Mei 2004, Abu Tholut divonis 8,5 tahun penjara. Dirinya dihukum dalam kasus kepemilikan senjata api dan bahan peledak tahun 2003 namun Abu Tholut mendapat remisi dan hanya menjalani hukuman 4,5 tahun.