Tidak lama setelah jatuhnya pemerintahan Afghanistan ke pihak Taliban pada Agustus lalu, pemerintah Kanada mengumumkan akan menyambut pada awalnya 40 ribu pengungsi.
Pemukiman kembali ini terjadi di tengah-tengah pergolakan di Afghanistan dan pada waktu memuncaknya gelombang keempat pandemi COVID-19 di Kanada. Kelompok pertama pengungsi yang tiba di wilayah Kanada langsung dikarantina selama 14 hari di salah satu hotel di Toronto dan mendapatkan suntikan vaksin COVID-19. Mereka kini dimukimkan di berbagai daerah di Kanada.
Chris Friesen adalah COO di Immigrant Services Society of British Columbia, sebuah lembaga yang didanai pemerintah. Friesen, yang telah 30 tahun membantu imigran dan pengungsi di Kanada, mengatakan membantu para pengungsi Afghanistan merupakan hal unik.
“Apa yang membedakan antara gerakan Afghanistan dan gerakan lainnya adalah fakta bahwa warga Kanada, khususnya di angkatan bersenjata, telah menghabiskan waktu bertahun-tahun di Afghanistan,” katanya. “Ada hubungan pribadi dengan orang Afghanistan dan Afghanistan,” lanjutnya. Friesen mengatakan sebagian besar pengungsi Afghanistan yang pergi dengan segera dan hampir-hampir tidak membawa harta benda apapun, merupakan serangkaian tantangan unik bagi upaya pemukiman ini. Tidak ada satupun dokumen persiapan yang telah lengkap sebelum mereka tiba di Kanada, ujarnya.
Selama karantina di Toronto, para pengungsi itu juga diberi komputer laptop atau tablet. Ini memungkinkan para petugas imigrasi Kanada menawari mereka pelajaran bahasa Inggris dan program jarak jauh bagi anak-anak untuk mengakses ke pendidikan.
Di antara para pengungsi itu terdapat Abdul yang sekarang tinggal bersama keluarganya di Vancouver. Ia tidak memberitahu nama lengkapnya untuk melindungi kerabatnya yang masih berada di Afghanistan.
Abdul memiliki saudara lelaki di AS yang ingin ke Kanada karena hubungan sebelumnya dengan warga Kanada.
Ia menghabiskan waktu lebih dari 45 tahun tinggal di Afghanistan, dan bekerja sebagai jurnalis yang berbasis di Kabul. Bekerja bagi media berita Afghanistan dan Amerika selama lebih dari 20 tahun, ia melihat risiko pekerjaannya mengingat bagaimana Taliban memperlakukan para jurnalis.
“Saya pikir hidup saya dalam bahaya. Bukan hanya hidup saya, keluarga saya juga,” katanya kepada VOA. “Itu sebabnya mengapa saya berusaha sekuat tnaga untuk pergi karena saya berada dalam ancaman langsung, bahkan ketika pemerintah, pemerintah sebelumnya masih berkuasa, saya merasa terancam.”
Abdul tiba di Kanada bersama dengan istri dan anak-anaknya. Ia berharap suatu hari dapat membantu ibunya berimigrasi. Abdul mengatakan ia dan istrinya akan mengikuti kursus bahasa Inggris dan kelas-kelas lainnya dan akan berupaya menjadi warga negara Kanada.
“Keluarga saya aman di sini. Ini merupakan hal penting bagi saya, bahwa masa depan anak-anak saya cukup pasti,” lanjutnya. “Mereka akan bersekolah, insyaallah, dalam waktu dekat dan mereka akan masuk perguruan tinggi.” [uh/ab]