Seruan untuk perubahan rezim yang menggema di kawasan Timur Tengah telah dibungkam di Bahrain, setelah tentara negara-negara Teluk lain dikerahkan untuk memadamkan protes yang dimulai pada pertengahan Februari dan melumpuhkan kerajaan pulau ini.
Pada hari Minggu, Perdana Menteri Khalifa bin Salman al-Khalifa menyatakan Bahrain telah stabil kembali. Tapi para pengamat, seperti Sa'id Boumedouha dari Amnesty International, mengatakan ada sisi gelap dibalik stabilitas negara ini. "Jelas, situasinya sekarang, dari perspektif HAM, jauh lebih buruk dibandingkan sebelum protes dimulai," ujar Boumedouha.
Para pejabat HAM mengatakan pihak berwenang Bahrain telah menahan ratusan pendukung oposisi, sebagian dilaporkan telah disiksa, karena pemerintah tampaknya menargetkan siapa saja yang aktif dalam demonstrasi pro-demokrasi.
Sedikitnya 27 orang, termasuk tiga petugas polisi, tewas sejak protes dimulai. Boumedouha mengatakan puluhan orang lainnya dilaporkan hilang dan dikhawatirkan tewas. "Suasananya sekarang menakutkan. Kita tidak bisa berbicara dengan orang lain," katanya. "Orang-orang sangat mengkhawatirkan masa depan dan keselamatan mereka dan saya dengar ada orang-orang yang telah bersembunyi, jadi keadaannya sangat mengkhawatirkan."
Pihak berwenang menahan Nabeel Rajab, presiden Pusat HAM Bahrain dan pengecam keras pemerintah, pada tanggal 20 Maret. "Mereka memborgol saya di kamar tidur, selagi putri saya yang berusia delapan tahun terbangun melihat 25 pria bertopeng dengan pistol dan senapan mesin di tangan mereka," tutur Rajab. "Mereka membawa saya ke dalam mobil dan menyiksa serta memukul saya di dalam mobil. Lalu, mereka membawa saya ke tempat interogasi, mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang tidak masuk akal, dan kemudian menyuruh saya pulang."
Rajab mengatakan perusahaan-perusahaan Bahrain telah memecat ratusan karyawan yang melakukan pemogokan untuk mendukung gerakan oposisi. Ia juga mengatakan sejak negara dinyatakan dalam keadaan darurat selama tiga bulan sejak tanggal 15 Maret, kebebasan menyatakan pendapat di negara ini telah semakin terancam.
Seorang blogger pro-demokrasi terkemuka baru-baru ini ditangkap untuk kemudian tak lama setelah itu, dibebaskan. Tiga editor senior sebuah surat kabar Bahrain yang mengkritik pemerintah juga telah dipecat dari jabatan mereka pada hari Minggu.