Pihak Kepolisian Daerah Sulawesi Tengah memastikan terduga teroris yang tewas di Poso Sulawesi Tengah dalam peristiwa baku tembak dengan pasukan TNI Polri pada hari Jumat (15/1) bukanlah Santoso, yang selama ini diketahui sebagai pemimpin kelompok teroris di Poso. Pernyataan ini disampaikan oleh Kepala Daerah Operasi Tinombala 2016 Komisaris Besar Polisi Leo Bona Lubis di Markas Kepolisian Resort Poso Minggu siang (17/1). Kesimpulan itu diambil berdasarkan ciri-ciri fisik dan informasi lainnya yang dimiliki oleh Polisi.
Kombes Pol Leo Bona Lubis mengatakan, "Perkembangan dari hasil penyelidikan tidak ada perkembangan yang signifikan, tetapi kita sudah bisa pastikan bahwa pelaku yang sudah kita lumpuhkan kemarin dan meninggal dunia itu yang pasti bukan Santoso."
Kombes Leo Bona Lubis yang juga menjabat Wakil Kepala Kepolisian Daerah Sulawesi Tengah itu memperbahui informasi yang telah disampaikan sebelumnya dengan menyebutkan bahwa terduga teroris yang tewas itu juga tidak termasuk dalam daftar Pencarian Orang atau DPO Polisi terkait kasus tindak pidana teroris di Poso. Terduga teroris yang saat ini disebut Polisi berinisial F itu diduga berasal dari Pulau Jawa yang datang ke Poso dan bergabung dengan kelompok Santoso, sebelum akhirnya tewas dalam baku tembak dengan puluhan personel TNI Polri di hutan pegunungan Tineba, Desa Taunca Kecamatan Poso Pesisir Selatan.
"Kita sudah mendapatkan beberapa informasi beberapa dari hasil pendalamannya kita namun ini bukan hasil identifikasi secara forensik, jadi berdasarkan informasi saja bahwa bersangkutan ini bukan termasuk dari dari pada DPO, tidak ada dalam daftar DPO kita," tambahnya.
Upaya mengungkap identitas tersangka terduga teroris yang tewas di Poso itu diakui masih mengalami kendala karena belum adanya data ante mortem yang dapat dikumpulkan. Sampai saat ini belum ada satu pun anggota masyarakat atau pihak keluarga dari terduga teroris itu yang melapor kepada polisi bila telah kehilangan anggota keluarganya. Seperti yang telah diberitakan sebelumnya terduga teroris yang tewas di Poso itu memiliki ciri-ciri berjenis kelamin laki laki, kulit sawo matang, tinggi badan 165 cm dan berusia antara 30 hingga 40 tahun. Jenazah terduga teroris yang tewas di Poso itu masih berada di Rumah Sakit Bhayangkara Polda Sulawesi Tengah di Palu.
"Kalau hasil test DNA, Ante Mortemnya mungkin cukup lama sekita dua minggu ini, mudah mudahan itu segera karena kitakan membutuhkan data pembanding dari keluarganya dan lain lain dan sekarang memang tidak ada keluarganya atau dari pihak masyarakat yang melapor. Orang Indonesia dia kurang lebih datang dari Jawa," katanya.
Hingga hari Minggu (17/1) aparat keamanan yang dilibatkan dalam operasi Tinombala 2016 di Poso Sulawesi Tengah masih melakukan pengejaran terhadap belasan orang bagian dari kelompok Santoso yang melarikan diri pasca peristiwa baku tembak dengan pasukan TNI Polri pada Jumat (15/1). Cakupan wilayah pengejaran telah diperluas dan telah meliputi wilayah kecamatan Poso Pesisir Selatan dan Poso Pesisir Utara. Tidak dijelaskan secara rinci jumlah personel TNI Polri yang dikerahkan dalam pengejaran itu.
Sementara itu Kepolisian Resort Poso juga melakukan kegiatan imbangan dengan meningkatkan razia secara berpindah-pindah di sepanjang jalan Trans Sulawesi yang melintasi Kabupaten Poso. Dalam razia terhadap para pengendara kendaraan misalnya, polisi memeriksa identitas dan barang-barang berbahaya seperti bahan peledak, senjata tajam maupun senjata api. [yl/em]