Kepolisian Thailand menyatakan, salah satu pria yang ditangkap terkait pemboman sebuah wihara di Bangkok bulan lalu telah mengungkapkan lebih jauh keterkaitannya dalam serangan itu.
Tersangka bernama Yusufu Mieraili itu telah mengaku menyerahkan sebuah tas punggung berisi bom ke seorang pria lain, yang diyakini meninggalkan tas itu di wihara tersebut beberapa saat sebelum ledakan terjadi.
Kepolisian Thailand, Rabu (9/9), meminta Mieraili melakukan reka ulang atas tindakan yang diduga dilakukannya pada tanggal 17 Agustus, hari di mana terjadi pemboman yang menewaskan 20 orang.
Berbicara di sebuah lokasi di luar sebuah stasiun kereta di Bangkok, juru bicara kepolisian Prawut Thavornsiri mengatakan, di tempat itulah Mieraili bertemu pria berbaju kuning untuk menyerahkan tas punggung itu.
Rekaman gambar dari kamera pengawas keamanan menunjukkan, seorang pria langsing berambut gondrong dan berkemeja kuning meninggalkan sebuah tas punggung dekat wihara itu dan dengan tenang berjalan menjauh, beberapa saat sebelum ledakan hebat terjadi.
Polisi mengatakan, kedua tersangka berpisah setelah serah terima tas punggung itu dilangsungkan.
Seorang pria asing lainnya, yang diidentifikasi bernama Adem Karadak, juga ditahan sehubungan kasus itu. Namun perannya dalam pemboman itu masih belum jelas.
Polisi mengatakan, DNA Mieraili ditemukan di sebuah apartemen di Bangkok di mana bahan-bahan pembuat bom disita. Mereka juga mengatakan, Mieraili telah mengaku memainkan peran besar dalam serangan itu.
Para penyelidik tidak mengungkapkan kewarganegaraan kedua orang asing itu, namun Mieraili memiliki paspor China yang menunjukkan ia lahir di Xinjiang, kampung halaman kelompok minoritas Uighur.
Media Thailand secara terbuka melaporkan kemungkinan hubungan antara pemboman itu dengan deportasi yang dilakukan Thailand terhadap lebih dari 100 orang warga etnik Uighur. Menyusul pemulangan paksa mereka ke China, demonstrasi kekerasan berlangsung di Istanbul menarget kantor-kantor perwakilan Thailand dan China.