Presiden Afghanistan Ashraf Ghani menuntut agar Pakistan menindak Taliban setelah kelompok Islamis itu mengaku bertanggung jawab atas ledakan bom mobil dekat bandar udara Kabul yang menewaskan lima orang dan melukai 16, Senin (10/8).
Ini adalah yang terbaru dalam gelombang serangan di ibukota Afghanistan dalam empat hari terakhir yang telah menewaskan hampir 70 orang dan ratusan luka-luka.
Para saksi mengatakan sasaran ledakan kuat itu adalah konvoi kendaraan lapis baja yang mengangkut para pejabat pemerintah. Seorang juru bicara Taliban mengatakan serangan itu ditujukan terhadap “pasukan pendudukan asing.” Ia membantah adanya warga sipil Afghanistan tewas dalam serangan itu.
Ghani, yang telah melakukan perbaikan hubungan dengan Pakistan sebagai prioritas dengan alasan itu mungkin akan mendorong Taliban menerima pembicaraan perdamaian, mengatakan bahwa Islamabad harus menindak pabrik pembuatan bom dan kamp latihan serangan bunuh diri yang beroperasi di sisi perbatasan Pakistan.
“Kami berhadap akan perdamaian, tetapi perang dilakukan terhadap kami dari wilayah Pakistan. Ini bahkan permusuhan yang dipertunjukkan dengan jelas terhadap negara tetangga,” katanya.
Pakistan, yang di masa lampau membantu Taliban, mengutuk lagi serangan hari Senin.
Peningkatan kekerasan oleh Taliban telah terjadi setelah kelompok itu mengukuhkan kematian pemimpin tertingginya, Mullah Muhammad Omar, yang telah dirahasiakan selama dua tahun.
Gelombang baru pemboman tampaknya menunjukkan bahwa pemimpin baru Taliban Mullah Mohammad Akhtar Mansour bermaksud mengirim pesan bahwa tidak akan ada pengenduran pemberontakan.