Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil menyatakan untuk menghindari false positive atau positif palsu, 300-an orang tersebut akan dites lagi menggunakan metode polymerase chain reaction (PCR) atau swab test.
“Untuk memastikan ini bukan false positive, yaitu positif tapi ternyata bukan. Jadi belum bisa dijadikan laporan kepada pemerintah pusat, tapi saya melaporkan bahwa hasil dari rapid test itu dilakukan di sana,” ujarnya dalam konferensi jarak jauh dari Gedung Pakuan, Bandung, Senin (30/3) sore.
Emil, sapaan Ridwan Kamil, tidak membuka data sebaran ratusan pasien tersebut. Termasuk apakah di antara mereka ada petugas kesehatan atau tidak. Dia baru akan membuka angka resmi ketika tes PCR selesai dilakukan.
“Saya belum bisa lebih jauh dari sekadar menyebut angka. Tes PCR itu sedang kami lakukan, setelah itu akan kami sampaikan secara detail, dari demografi, wilayah, dan sebarannya seperti apa,” tambahnya.
Klaster Baru Sukabumi di Luar Perkiraan
Secara mengejutkan, ujar Emil, terungkap bahwa mayoritas hasil tes positif berada di Kota Sukabumi. Hal ini berbeda dari perkiraan sebelumnya bahwa wilayah Depok, Bogor, dan Bekasi akan menyumbang lonjakan tertinggi.
“Jadi di Kota Sukabumi terjadi hasil tes yang paling besar dari seluruh kota kabupaten di Jawa Barat. Bukan di Bekasi, bukan di Depok. Tapi di Kota Sukabumi,” ujar Emil.
Pihaknya masih meneliti kenapa Sukabumi bisa menjadi klaster baru dengan lonjakan tinggi.
Yang pasti, Emil telah memerintahkan Walikota Sukabumi untuk melakukan karantina wilayah parsial. Karantina diberlakukan pada kecamatan yang memiliki hasil tes positif terbanyak.
“Karantina wilayah parsial di sebuah kecamatan di Sukabumi, di mana kecamatan itu mengalami lonjakan pasien COVID positif berdasarkan rapid test, yang tentu akan kita tes ulang menggunakan PCR,” terang dia lagi.
Jabar Targetkan Tes 100 Ribu Orang
Pemda Jabar mendistribusikan 22.000 alat tes cepat ke 27 kabupaten/kota dan menggelar tes masif sejak Rabu (25/3).
Tes tersebut diprioritaskan untuk pasien dalam pengawasan (PDP), orang dalam pemantauan (ODP), keluarga dan kerabat. Selain itu, tes juga diutamakan untuk tenaga medis, orang dengan pekerjaan yang interaksi sosialnya tinggi, serta masyarakat umum yang memiliki gejala COVID-19.
Emil menargetkan dapat melakukan tes terhadap 100 ribu warga Jawa Barat.
Di luar hasil 300-an orang yang perlu dikonfirmasi lewat PCR, Jawa Barat memiliki 180 pasien positif dengan 9 orang sembuh dan 20 orang meninggal. Sementara PDP berjumlah 696 orang dan ODP berjumlah 8476 orang. [rt/em]