Sepanjang minggu lalu nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika melemah, demikian pula Indeks Harga Saham Gabungan atau IHSG yang tercatat di Bursa Efek Indonesia atau BEI, anjlok.
Menurut Dirjen Perbendaharaan Kementerian Keuangan, Hary Purnomo dibutuhkan ketenangan para investor untuk lebih bersabar dalam menghadapi gejolak perekonomian global.
Sementara menurut pengamat, pemerintah harus waspada dan cepat merespon kondisi pasar finansial jika terjadi gejolak. Kepada VoA di Jakarta, Senin, Nico Omer Jongkheera selaku Wakil Kepala Riset Valbury Asia Securities mengatakan melemahnya nilai tukar rupiah dan anjloknya IHSG minggu lalu karena pengaruh dari kondisi pasar finansial global yang dipicu oleh kondisi perekonomian Amerika dan Eropa.
Menurut Omer, pemerintah Indonesia harus tetap waspada terhadap perekonomian global karena sewaktu-waktu bisa dengan cepat berdampak negatif terhadap Indonesia meski ia juga optimistis perekonomian Indonesia cukup kuat untuk mengantisipasi situasi global saat ini.
“Menjaga stabilitas secara fiskal dan moneter ya, market tidak suka ketidakpastian kan, yang jelas mereka nggak suka lah karena tidak ada continuities kan, karena kita melihat Indonesia sekarang berada di posisi secara fiskalnya bagus sekali,” papar Nico Omer.
Sebelumnya Dirjen Perbendaharan Kementerian Keuangan, Hary Purnomo menegaskan nilai tukar rupiah dan IHSG akan tetap stabil jika para investor tidak panik menghadapi gejolak perekomoian global yang sedang tidak stabil saat ini.
“Selama real money account atau long term investors itu masih stay tidak melakukan sell off itu (sudah) merupakan suatu tanda (baik) bahwa pasar akan kembali tenang,” kata Hary Purnomo.
Sedangkan, pengamat ekonomi dari lembaga kajian ekonomi INDEF, Fadil Hassan berpendapat ketidakpastian ekonomi global termasuk pasar finansial seharusnya diwaspadi pemerintah Indonesia dan para investor untuk segera mengacu pada perekonomian negara-negara lain selain Amerika dan Eropa.
Menurutnya perekonomian Tiongkok saat ini masih lebih aman dibanding perekonomian negara lain sehingga dapat menjadi acuan dalam mengelola perekonomian nasional.
“Semakin tinggi pertumbuhan ekonomi Cina itu semakin baik untuk ekonomi Asia termasuk Indonesia, saya kira masih akan berlangsung cukup lama, selama stabilitas politiknya itu terjaga, ekonomi Cina itu akan terus tumbuh, apalagi kalau kita lihat selama ini kan sumber dari pertumbuhan ekonomi Cina itu kan basisnya adalah investasi dan ekspor tentunya konsumsi juga tumbuh pesat disana, lebih sustain ya,” ujar Fadil Hassan.
Minggu lalu nilai tukar rupiah sempat anjlok dari sekitar Rp 8.400 per dollar Amerika menjadi sekitar Rp 8.900 per dollar Amerika. IHSG juga anjlok dan tercatat yang paling parah penurunannya di Asia Pasifik karena merosot hingga 6 persen dan terpuruk di bawah level psikologis yaitu 4.000.
Bahkan untuk menopang gejolak nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika, cadangan devisa Indonesia berkurang sekitar 2 milyar dollar Amerika akibat intervensi Bank Indonesia agar nilai tukar rupiah tetap stabil.
Setelah mengalami kejutan minggu lalu, pemerintah dan pengamat memprediksi nilai tukar rupiah dan IHSG akan kembali menguat minggu ini.