Pemerintah Indonesia tengah mengkaji alokasi paket stimulus dalam APBN 2012 untuk mengantisipasi pelemahan ekonomi global. Akan tetapi, menurut Dana Moneter Internasional (IMF), Indonesia tidak perlu menganggarkan stimulus.
Menurut Thomas Rumbaugh, Kepala Divisi IMF untuk Asia Pasifik, seperti negara berkembang lain yang ekonominya tumbuh pesat, Indonesia rentan terhadap perubahan dalam ekonomi global. Apabila terulang krisis ekonomi global, seperti tahun 2008-2009 yang dipicu oleh kebangkrutan Lehman Brothers, akan muncul dampak yang signifikan.
Akan tetapi, katanya, ekonomi Indonesia mampu bertahan pada periode tahun 2008-2009 dan sekarang bahkan dalam posisi yang lebih kuat untuk mengelola situasi semacam itu dibandingkan dengan sebelumnya. Oleh sebab itu, tegasnya, pemerintah tidak perlu mengalokasikan paket stimulus.
Thomas Rumbaugh mengatakan, “Menurut kami (IMF), paket stimulus tidak akan diperlukan karena outlook ekonomi (Indonesia) masih kuat, permintaan domestik kuat, begitu juga dengan pertumbuhan kredit.”
Ia menjelaskan, seperti tahun 2008, Indonesia saat ini punya fondasi kuat berupa permintaan domestik, sistem nilai tukar yang fleksibel, dan ruang yang cukup bagi manuver kebijakan moneter dan fiskal.
Yang lebih penting, posisinya telah menguat dalam beberapa tahun terakhir karena Indonesia memiliki cadangan devisa yang jauh lebih besar. Selain itu, kebutuhan pendanaan fiskal kecil dengan adanya saldo kas pemerintah yang tinggi.
Ia menambahkan, kepemilikan sekuritas pemerintah sekarang ini juga lebih tinggi dari sebelumnya. Dengan demikian, kemampuan buffer atau penyangga untuk mengatasi arus keluar modal, atau capital outflow, juga lebih besar.
Beberapa waktu lalu, Menteri Keuangan Agus Martowardojo menjanjikan paket stimulus untuk tahun 2012 guna mengantisipasi imbas negatif dari gejolak ekonomi global yang mungkin memengaruhi kinerja perekonomian nasional. Rencana yang masih belum detil dan final itu masih akan dibicarakan bersama DPR dalam perumusan postur anggaran negara untuk tahun 2012.
Akibat resesi global tahun 2008, pemerintah pernah mengalokasikan paket stimulus fiskal bernilai total Rp 73,3 triliun tahun 2009, yang terdiri dari insentif dan pengurangan pajak dengan porsi 80 persen, dan porsi 20 persen-nya untuk tambahan belanja langsung bidang infrastruktur.
Dalam laporan World Economic Outlook edisi September yang diterbitkan IMF pekan ini, ekonomi dunia dianggap berada dalam fase berbahaya, di antaranya karena turbulensi keuangan di kawasan euro, pelambatan ekonomi Amerika, gejolak pasar keuangan, dan krisis politik di negara-negara produsen minyak di Timur Tengah. Ekonomi dunia diperkirakan hanya tumbuh 4 persen tahun ini dan tahun depan, lebih rendah dari realisasi tahun lalu di atas 5 persen.
“Krisis di kawasan euro dan lambatnya ekonomi Amerika akan memberi dampak negatif bagi ekspor Indonesia. Oleh karena itu, kami perkirakan ekonomi Indonesia akan tumbuh 6,3 persen tahun 2012, sedikit turun dari proyeksi sebelumnya,” ujar Thomas Rumbaugh.
Sebelumnya, bulan Juni, IMF memproyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun depan akan mencapai 6,5 persen. Sementara itu, dalam RAPBN 2012, pemerintah menargetkan pertumbuhan ekonomi sebesar 6,7 persen.