Meski pemerintah masih menilai krisis ekonomi yang terjadi di Amerika dan Eropa belum berdampak negatif secara signifikan bagi perekonomian Indonesia namun menurut Menteri Perdagangan, Mari Elka Pangestu pemerintah akan berupaya mencari pasar baru di negara-negara lain agar target ekspor tidak terganggu.
Kepada pers di Jakarta, Jumat, Menteri Perdagangan Mari Pangestu menjelaskan selain kegiatan ekspor Indonesia akan terganggu dari pengurangan impor Amerika dan Eropa, Indonesia juga masih dihadapi gangguan melalui negara-negara lain yang aktif melakukan ekspor ke Amerika dan Eropa. Produk Indonesia ditegaskan Menteri Mari Pengestu harus mampu bersaing agar tetap diminati di Amerika dan Eropa meski sampai saat ini masih dikalahkan oleh kinerja ekspor Tiongkok dan India.
Mari Pangestu menjelaskan, “Kalau kita bicara dampak langsung tentunya ini adalah dampak yang dihitung dari pangsa pasar masing-masing negara terhadap beberapa negara yang diperkirakan mengalami perlambatan pertumbuhan, misalnya untuk Indonesia exposure kita dalam arti dari total ekspor kita berapa besar yang ke Eropa, berapa besar yang ke Amerika, ke Eropa 8,6 persen, ke Amerika 9,1 persen. Berarti dua negara yang mengalami penurunan pertumbuhan exposure kita, dibandingkan dengan RRT. RRT mengekspor 16,4 persen ke Eropa dan 18 persen ke Amerika, jadi lebih besar exposure-nya, ataupun India, India ke Eropa 20 persen.”
Melihat kondisi di Amerika dan Eropa yang menurut Menteri Mari Pangestu masih belum jelas dari sisi waktu untuk mampu bangkit kembali memang sudah mendesak pemerintah segera mencari target pasar-pasar baru atau memanfaatkan pasar yang selama ini sudah mengimpor produk-produk dari Indonesia.
“Bagaimana menghadapi ketidakpastian yang timbul di pasar eksternal terutama pasar utama seperti Eropa dan Amerika termasuk juga bisa berdampak second round effect kepada negara-negara seperti RRT, apa yang harus kita lakukan? Diversifikasi pasar termasuk kepada emerging market yang mengalami pertumbuhan yang tinggi seperti Vietnam, beberapa negara di Timur Tengah termasuk Mesir walaupun Mesir boleh dikatakan mengalami berbagai gejolak tetapi ternyata perdagangan kita tetap berjalan, Afrika Selatan 100 persen pertumbuhannya, Angola, Algeria, Tanzania, Kenya, Ghana, itu kira-kira beberapa negara yang kita sudah mempunyai pasar dan pasarnya mengalami pertumbuhan yang pesat,” papar Mari Pangestu.
Melalui pengalamannya melakukan ekspor, pengusaha dari Himpunan Pengusaha Muda Indonesia atau HIPMI, Erwin Aksa menegaskan jika tidak segera mencari target pasar baru dan tetap mengandalkan Amerika dan Eropa sebagai tujuan ekspor, maka target pendapatan negara tidak akan tercapai.
Erwin juga menegaskan negara-negara Timur Tengah dapat diandalkan karena masih membutuhkan produk dari Indonesia meski Afrika juga masih bisa diharapkan mampu menyerap ekspor Indonesia.
“Kalau dibiarkan ini berlarut-larut otomatis ekonomi bisa jeblok dan bisa rusak, mesir termasuk negara yang cukup besar menerima barang-barang kita termasuk Saudi Arabia, perdagangan kita tetap terjaga dengan baik,” ujar Erwin Aksa.
Target pendapatan negara dari kegiatan ekspor tahun ini sebesar 200 milyar dollar Amerika dan semula pemerintah masih mengandalkan tiga negara sebagai tujuan ekspor yaitu Jepang, Singapura dan Amerika Serikat. Selain ketiga negara andalan tersebut pemerintah juga berharap Tiongkok dan negara-negara Eropa menyerap produk-produk dari Indonesia.