Pemberontak Houthi di Yaman menembak jatuh apa yang digambarkan oleh para saksi sebagai sebuah pesawat nirawak Amerika Serikat pada Jumat (8/11) pagi. Insiden itu kemungkinan merupakan penembakan terbaru terhadap pesawat mata-mata Amerika ketika para militan melanjutkan serangan mereka di koridor Laut Merah.
Militer Amerika Serikat membenarkan video yang beredar secara daring menunjukkan apa yang tampak seperti sebuah pesawat terbakar yang jatuh dari langit dan puing-puing yang terbakar di tempat yang digambarkan di luar kamera sebagai wilayah provinsi al-Jawf Yaman. Pihak militer mengatakan pihaknya sedang menyelidiki insiden tersebut, tetapi menolak menjelaskan lebih lanjut.
Belum jelas jenis pesawat apa yang ditembak jatuh dalam video yang diambil pada malam hari dan berkualitas rendah tersebut.
Kelompok Houthi mempunyai rudal darat-ke-udara yang mampu menjatuhkan pesawat seperti rudal Iran yang dikenal sebagai 358. Iran membantah mempersenjatai kelompok pemberontak itu, meskipun persenjataan buatan Teheran telah ditemukan di medan perang dan dalam pengiriman melalui laut menuju Yaman untuk pemberontak Houthi Syiah di tengah embargo senjata yang diberlakukan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
Houthi telah menjadi komponen kunci dari “Poros Perlawanan” Iran selama perang Timur Tengah yang mencakup Hizbullah di Lebanon, Hamas, dan kelompok militan lainnya.
Houthi tidak segera mengaku bertanggung jawab atas jatuhnya pesawat tersebut. Namun, dibutuhkan waktu berjam-jam atau bahkan berhari-hari bagi para kombatan kelompok itu untuk mengaku bertanggung jawab atas sebuah insiden.
Drone Reaper, yang dibanderol sekitar $30 juta atau sekitar Rp469 miliar per unitnya, mampu terbang hingga ketinggian 15.240 meter dan memiliki daya tahan hingga 24 jam sebelum harus mendarat. Pesawat tersebut telah diterbangkan oleh militer Amerika dan Badan Intelijen Pusat (Central Intelligence Agency/CIA) di Yaman selama bertahun-tahun.
Houthi telah menargetkan lebih dari 90 kapal dagang dengan rudal dan drone sejak perang Israel-Hamas di Jalur Gaza dimulai pada Oktober 2023. Mereka menyita satu kapal dan menenggelamkan dua kapal dalam serangan yang juga menewaskan empat pelaut. Rudal dan drone lainnya telah dicegat oleh koalisi pimpinan Amerika di Laut Merah atau gagal mencapai sasaran mereka, termasuk kapal militer Barat juga.
Pada Oktober, militer Amerika Serikat mengerahkan pesawat pengebom siluman B-2 untuk menargetkan bunker bawah tanah yang digunakan oleh Houthi. [ft/rs]