Di seberang Atlantik dari Wall Street, ada pasar yang mungkin lebih menarik daripada ajang Olimpiade Paris. Komoditas apa yang menjadi fokus utamanya? Jawabannya adalah pin.
Paris sontak menjadi magnet bagi kolektor dari seluruh dunia yang datang dengan penuh semangat untuk memulai atau menambah koleksi pin Olimpiade sambil berbagi cerita.
"Manusia itu memang suka bertukar. Kita, manusia, ingin bertukar," tegas Craig Robbins, seorang kolektor pin yang sangat bersemangat dari Los Angeles. "Dalam hidup, jika Anda tidak bisa bertukar, Anda akan mati,” tukasnya.
“Apakah Anda punya pin?” seorang barista Starbucks bertanya kepada setiap jurnalis yang datang untuk minum kopi di Palais des Congrès, pusat sarana pers Olimpiade.
Dari kedai-kedai kopi yang ramai hingga jalanan yang sepi, pertanyaan yang sama terus bergema di seluruh kota, karena relawan Olimpiade, atlet, pekerja media, pelayan, turis, dan lainnya semua mencari aksesori berharga yang sama.
"Anda benar-benar bisa merasakan kegilaan tahun ini," kata kolektor pin asal Prancis, Laurent Facy.
Perburuan pin menjadi bagian tak terpisahkan dari ajang Olimpiade, yang tentu saja menambah keseruan lainnya. “Ini telah menjadi permainan; kami saling tukar-menukar seperti yang biasa kami lakukan di taman bermain,” katanya.
Awal Mula Kegilaan terhadap Pin
Tradisi tersebut bermula dari Olimpiade modern pertama, yang dihidupkan kembali oleh Pierre de Coubertin pada 1896. Di Athena, lencana dari bahan karton dikenakan oleh atlet, pelatih, dan reporter sebagai tanda pengenal.
Lebih dari satu abad kemudian, lencana-lencana tersebut berkembang dan berevolusi menjadi pin-pin yang sangat bentuknya sangat terperinci, rumit, dan terkadang bahkan menggunakan teknologi. Pin-pin tersebut disesuaikan dengan negara-negara peserta, organisasi berita, merek, dan bahkan individu.
“Mereka seperti karya seni kecil,” ungkap Nicholas Wolaver, seorang kolektor dan pedagang pin asal Amerika yang penuh semangat.
Menurut banyak pedagang pin di jalanan, Olimpiade musim panas di Los Angeles 1984 merupakan momen yang penting. Di sanalah banyak dari mereka memulai koleksi mereka.
"Ada pin media, pin sponsor, pin atlet, pin maskot. Mereka menemukan cara untuk benar-benar memonetisasi pin untuk publik, dan orang-orang menjadi heboh," kata Wolaver tentang Olimpiade tersebut.
Pin Olimpiade Paris 2024
Setelah dua ajang Olimpiade digelar tanpa penonton akibat pandemi virus corona, kehebohan perburuan tren pin kembali muncul pada Olimpiade Paris.
“Momen Olimpiade Paris sangat bagus untuk koleksi pin setelah pandemi, karena Anda tidak dapat begitu banyak bertukar pin di (Olimpiade) Tokyo dan Beijing. Oleh karena itulah orang-orang menjadi sangat bersemangat,” jelas Wolaver.
Popularitas pin tersebut meroket berkat media sosial dan fakta bahwa para atlet Olimpiade sendiri ikut mengoleksi pin. Serena Williams, mantan atlet Olimpiade, menggambarkan dirinya sebagai "kolektor pin kelas satu" dalam sebuah video di akun Instagram resmi Olimpiade. Ia bahkan memiliki pin favoritnya: "Ada beberapa pin Thailand yang tidak akan pernah saya tukarkan. Akhirnya saya berhasil mendapatkan pin Korea Utara."
Andy Murray dari Inggris, pemain tenis yang baru saja pensiun di Paris, ternyata juga sangat suka bertukar pin, menurut mantan pemain tenis Laura Robson di Eurosport.
“Ada seorang atlet dari Liechtenstein, dan (Andy) mencarinya ke seluruh kampung atlet untuk mencoba menemukan pria malang ini,” katanya.
Salah satu pin paling populer di Olimpiade ini adalah milik Snoop Dogg, yang menampilkan rapper sekaligus koresponden NBC ini sedang mengembuskan asap berbentuk lingkaran Olimpiade.
“Yang benar-benar keren adalah Snoop Dogg membuat anak-anak muda juga tertarik pada pin,” kata Robbins.
Kualifikasi Perdagangan Pin Olimpiade
Daya tarik dari pertukaran pin terletak pada keterjangkauan dan inklusivitasnya. Sementara kompetisi resmi Olimpiade terbatas di stadion, pertukaran pin terjadi di mana-mana, bahkan secara daring. Pin milik kantor berita Associated Press sendiri berhasil dijual seharga $30-50 di eBay.
Mengenakan pakaian tampaknya menjadi satu-satunya syarat untuk berpartisipasi. Para pedagang dan kolektor menghiasi diri mereka, baik itu lencana, kemeja, ataupun topi mereka dengan mosaik pin warna-warni, yang berkilauan di bawah cahaya musim panas Paris.
Para pedagang dapat saling melihat dari kejauhan, mengagumi koleksi masing-masing yang memikat mata. Melihat koleksi kolektor lain yang dipamerkan dengan gemerlap sering kali lebih dari cukup untuk menjadi bahan memulai obrolan.
“Pin meruntuhkan tembok penghalang di antara orang-orang, sehingga mereka dapat mulai ngobrol satu sama lain,” jelas Robbins.
“Itu hanya salah satu cara yang menyenangkan untuk bertemu orang,” imbuh Arr Alinsod, yang duduk di sebelahnya di jalan.
Dan tidak hanya memfasilitasi percakapan antara sesama penggemar, pin tersebut juga berfungsi sebagai daya tarik bagi wisatawan yang penasaran dan pendatang baru di Olimpiade.
“Anda bisa bertemu banyak orang,” kata Paul Ians, pengunjung dan kolektor Amerika lainnya. “Bukan hanya dengan pedagang pin lainnya, tetapi juga orang-orang biasa yang datang ke Olimpiade.”
“Semua sepakat bahwa pin menjadi jembatan antarindividu, membuka ruang bagi pertemuan yang menarik. 'Seringkali orang asing ini akan berbagi informasi baru dengan Anda,' ujar Ians."
Terkadang orang-orang asing tersebut menjadi sedikit lebih terkenal: Dalam 40 tahun perdagangannya, Presiden Prancis Emmanuel Macron dan Presiden Komite Olimpiade Internasional Thomas Bach adalah beberapa contoh konsumen yang paling dibanggakan Wolaver.
Intinya, setiap pin menyimpan sebuah cerita, dan melalui pertukaran, orang-orang menjadi pendongeng, membagikan potongan-potongan kisah pribadi mereka sendiri, yang sering kali merupakan kisah Olimpiade. [rz/ah/rs]
Forum