Perusahaan raksasa pembuat drone China, DJI, telah menjual drone buatannya kepada polisi dan dinas pemadam kebakaran Amerika.
Tapi kini pemerintah Amerika memperingatkan bahwa drone buatan China itu bisa mencuri data-data yang sensitif. Dinas pemadam kebakaran di kota Fremont, California, telah menggunakan drone buatan DJI lebih dari 200 kali dalam masa dua tahun terakhir.
Penyelamatan seorang anak yang tuli di Fremont belum lama ini kemungkinan besar disebabkan kamera sinar infra merah yang bisa melihat anak itu di sebuah jurang pada malam hari. Kamera yang terpasang pada drone buatan DJI itu memberikan informasi penting kepada polisi.
Jeff Kleven, kepala dinas pemadam kebakaran Fremont, kota California, mengatakan, “Drone itu telah menjadi bagian tak terpisahkan dalam pelaksanaan tugas kami sehari-hari. Kami menggunakannya untuk semua hal, mulai dari pemantauan kebakaran, pemeriksaan bahan-bahan berbahaya sampai pada operasi penyelamatan.”
Tapi kini membeli drone buatan China bisa dianggap berbahaya. Departemen Keamanan Dalam Negeri Amerika belum lama ini mengulangi peringatan bahwa data yang diperoleh drone buatan China itu bisa dikirim kembali ke China.
Tuduhan ini dibantah oleh perusahaan DJI. Tapi bagi dinas pemadam kebakaran Freemont, peringatan ini bisa dianggap sebagai nasihat supaya melakukan praktik aman dalam penyimpanan dan pengiriman informasi.
Kira-kira 1.000 dinas keamanan publik di Amerika menggunakan drone, kata Romeo Durscher, pejabat DJI. Perusahaan itu bekerja sama dengan badan-badan keamanan tadi untuk melatih dan menyiapkan mereka dalam penggunaan drone untuk memadamkan kebakaran hutan di California.
Karena pemerintah Amerika telah mengajukan keprihatinan tentang drone China itu, DJI juga meningkatkan pengawasan data dan keamanan bagi para pelanggannya.
Durscher mengatakan, “Kami telah memasang lebih banyak perangkat lunak supaya para pengguna bisa sepenuhnya mengontrol data yang diperoleh. Bisnis kami bukan untuk mengontrol data. Kami memberikan peralatan kepada pelanggan untuk menentukan bagaimana data itu diproses dan disimpan atau dikirim ke tempat lain.”
Tampaknya, teknologi yang digunakan sehari-hari untuk menyelamatkan nyawa kini menjadi bahan kecurigaan antara dua negara adidaya yang bersaing dalam bidang teknologi itu. (ii)