Sebelum menghadiri pesta tahun baru di resor miliknya, Mar-a-Lago, di Florida, Presiden terpilih Amerika Serkat sekaligus mantan Presiden Donald Trump mengatakan kepada wartawan pada Selasa (31/12) malam bahwa ia mendukung program visa H1-B. Visa itu adalah visa bagi warga negara asing yang ingin melakukan pekerjaan khusus dan memerlukan kemampuan yang luar biasa di Amerika. Perselisihan mengenai masalah pemberian visa ini telah memecah pandangan para pendukung Trump.
Dalam wawancaranya dengan surat kabar New York Post Sabtu (28/12) lalu, Trump memuji penggunaan visa untuk mendatangkan tenaga kerja asing terampil ke Amerika Serikat. Topik itu telah menjadi sumber pertikaian di kalangan konservatif.
Ia kembali menyatakan dukungannya pada Selasa dengan mengatakan “Saya selalu merasa kita harus punya orang-orang paling kompeten di negara kita. Kita butuh orang-orang kompeten. Kita butuh orang-orang cerdas datang ke negara kita. Dan kita butuh banyak orang ke sini. Kita akan punya lapangan kerja yang belum pernah kita lihat sebelumnya.”
Trump sebelumnya pernah mengkritik pemberian visa H-1B dan menyebutnya “sangat buruk” dan “tidak adil” bagi tenaga kerja Amerika Serikat. Pada masa jabatan pertamanya sebagai presiden, ia memberlakukan kebijakan “Pekerjakan Warga Negara Amerika” yang mendorong terjadinya perubahan terhadap program visa tersebut, untuk berusaha menjamin bahwa visa itu hanya diberikan kepada pelamar dengan gaji tertinggi atau paling terampil.
Pada kesempatan yang sama, Trump juga menyinggung sejumlah isu lain, seperti rencananya menghadiri pemakaman mantan Presiden Jimmy Carter, perang Rusia di Ukraina, dan Gaza.
Mengenai perang Ukraina, Trump mengatakan kepada wartawan bahwa perang itu tidak akan pernah terjadi apabila ia menjabat presiden kala itu.
Jawaban serupa ia sampaikan mengenai perang Israel-Hamas di Gaza, sambil menambahkan bahwa “mereka [Hamas] sebaiknya segera mengembalikan para sandera.” [rd/em]
Forum