Dengan tidak bisa memenuhi tenggat yang ditetapkannya sendiri, Uni Eropa dan Inggris, Minggu mengatakan akan melanjutkan perundingan untuk mencapai perjanjian perdagangan pasca perundingan Brexit yang bisa mencegah kekacauan pada tahun baru dan merugikan perdagangan lintas perbatasan.
Perdana Menteri Inggris Boris Johnson dan Presiden Komisi Uni Eropa Ursula von der Leyen sebelumnya menetapkan Minggu (13/12/2020) sebagai tenggat waktu untuk mencapai sebuah terobosan atau untuk memecahkan kebuntuan dalam perundingan.
Tapi kedua pemimpin mempertimbangkannya kembali dan mengatakan terlalu banyak yang dipertaruhkan jika tidak melakukan upaya terakhir.
“Saya khawatir kita masih punya banyak perbedaan mengenai beberapa hal penting. Tapi di mana ada kehidupan, di sana ada harapan, kita akan terus berunding untuk melihat apa yang bisa kita lakukan. Inggris tentunya tidak akan meninggalkan perundingan-perundingan ini. Saya kira rakyat mengharapkan kita terus berupaya lebih jauh,” tukas Johnson.
Para perunding dari kedua pihak meneruskan perundingan di markas besar Uni Eropa di Brussels, Minggu sementara Inggris akan meninggalkan ekonomi blok 27 negara itu kurang dari tiga minggu lagi.
Presiden Komisi Eropa Ursula von Der Leyen hari Minggu juga mengatakan perundingan perjanjian perdagangan dengan Inggris akan terus berlanjut. Jika tercapai, perjanjian itu akan mencegah kekacauan pada perdagangan lintas perbatasan dan membawa kepastian bagi usaha setelah kekacauan Brexit selama beberapa tahun.
“Setelah perundingan selama hampir setahun, meskipun faktanya batas waktu berkali-kali lewat, saya kira menempuh upaya lebih jauh adalah tindakan yang bertanggung jawab. Oleh karena itu kami sudah memerintahkan para perunding untuk melanjutkan pembicaraan dan melihat apakah sebuah perjanjian bahkan bisa dicapai pada tahap yang sangat mendesak ini”.
Johnson tidak membesar-besaran harapan tercapainya terobosan dan mengatakan “besar kemungkinan” hasilnya adalah kedua pihak tidak akan mencapai sebuah kesepakatan dan melakukan perdagangan berdasarkan ketentuan Organisasi Perdagangan Dunia (WTO), yang akan menyebabkan pemberlakuan pajak dan sejumlah pembatasan.
Sudah hampir 4,5 tahun sejak rakyat Inggris memberikan suara 52%-48 % untuk meninggalkan Uni Eropa dan seperti diungkapkan dalam slogan para pendukung Brexit “mengembalikan kontrol” perbatasan dan UU kepada Inggris.
Kurang dari tiga minggu sampai Inggris akhirnya berpisah dari Uni Eropa, hal-hal penting mengenai hubungan antara blok 27 negara itu dengan Inggris pada masa depan masih belum terselesaikan. [my/lt]