Ratusan perempuan hari Sabtu turun ke jalan di ibukota Tunisia, menuntut persamaan hak dengan lelaki dalam pembagian warisan, soal yang sering dipandang tabu (pantang) di dunia Arab.
Negara Muslim di Afrika utara itu memberi perempuan lebih banyak hak daripada negara lain di kawasan sana, dan sejak tahun lalu membolehkan perempuan Muslim (Muslimah) bersuamikan lelaki bukan Muslim.
Namun pemerotes yang bergerak ke gedung Parlemen di Tunis hari itu mengatakan mereka ingin disejajarkan dengan perempuan Eropa dan berhak mendapat warisan sama dengan lelaki. Diperkuat oleh sejumlah lelaki, mereka membawa spanduk bertuliskan “dalam negara madani saya menerima sama seperti yang anda terima,” menuntut agar hukum warisan yang berlandaskan Hukum Syariah diakhiri. Ini biasanya memberi lelaki dua kali dari yang diberi kepada perempuan.
“Memang benar perempuan Tunisia mempunyai lebih banyak hak dibanding perempuan Arab lain, tetapi kami ingin disamakan dengan perempuan Eropa. Kami hanya ingin hak kami” kata aktivis bernama Kaouther Boulila.
Agustus lalu Presiden Beji Caid Essbsi yang sekuler, membentuk komite untuk menyusun usul memajukan hak perempuan.
Tunisia disanjung sebagai satu-satunya negara yang sukses dari revolusi yang disebut Arab Spring. Di sana berlaku kebebasan berpolitik sejak revolusi menyingkirkan otokrat Zine El Abidine ben Ali tahun 2011. [ka/al]