Gerakan Turki di Suriah Terhambat Seraya Sesuaikan dengan Gerakan Rusia

Para petugas penyelamat memeriksa reruntuhan setelah aktivis oposisi Suriah mengatakan lusinan orang tewas akibat ledakan bom mobil di pasar yang dipenuhi orang di kawasan yang dikuasai pemberontak di sepanjang perbatasan dengan Turki (7/1). Azas, Suriah. (foto: Saif Alnajdi, via AP)

Gerakan pasukan Turki diluar dugaan mengalami hambatan setelah hampir dua bulan melancarkan serangan dalam pertempuran berdarah untuk merebut benteng terakhir ISIS di Suriah Utara.

Hampir dua bulan setelah melancarkan serangan, gerakan pasukan Turki– diluar dugaan – macet dalam pertempuran berdarah untuk merebut benteng terakhir ISIS di Suriah Utara.

Turki terpaksa mengerahkan tambahan pasukan, mengambil pimpinan pertempuran dari sekutunya milisi Suriah dan meminta dukungan udara dari Rusia.

Pertempuran merebut al-Bab menggarisbawahi rapuhnya jalan yang ditempuh Turki dalam melakukan penyusupan ke Suriah untuk menggempur ISIS maupun pejuang Kurdi Suriah. Serangan terhadap al Bab sudah menimbulkan perpecahan antara Turki dan Amerika. Dan sekarang pendekatan yang dilakukan Turki pada Rusia yang mendukung pemerintah Suriah dalam perang saudara di sana, semakin menguji aliansi Turki dengan Washington dan pasukan oposisi di Suriah. Pertempuran itu sendiri telah terbukti berjalan gigih.

Hampir 50 tentara Turki tewas dalam operasi di Suriah itu, kebanyakan dari mereka sejak serangan al-Bab dimulai pada pertengahan November, termasuk 14 tewas dalam satu hari. Para militan memberi perlawanan gigih, menggali parit pertahanan di sekeliling kota, menaburi jalan-jalan dengan ranjau darat dan melakukan penyergapan dan pemboman mobil terhadap pasukan yang mengepung. Setiap kali pejuang oposisi Suriah yang didukung Turki menyusup memasuki kota, mereka kemudian dihalau keluar. Lebih dari 200 warga sipil diyakini telah tewas sejak serangan dimulai 13 November. [ps/al]