Perundingan damai antara pemerintah Afganistan dan Taliban -atau yang dikenal sebagai Intra-Afghanistan Negotiations IAN– kembali dimulai hari Sabtu (12/9). Menteri Luar Negeri Retno Marsudi, dalam jumpa pers secara virtual di Jakarta menyambut baik hal ini sebagai pertemuan yang akan membuka masa depan Afghanistan yang damai dan inklusif.
Menteri Retno mengatakan Indonesia ikut diundang, karena bersama empat negara lain –yaitu Qatar, Norwegia, Jerman dan Uzbekistan– telah membantu upaya perdamaian di Afghanistan sejak awal. Retno juga mengakui besarnya peran Amerika dalam proses itu, serta tentunya negara-negara tetangga Afghanistan.
"Di dalam pertemuan tadi, saya menyampaikan penegasan komitmen Indonesia untuk terus mendukung proses perdamaian (di Afganistan). Kepentingan rakyat Afghanistan harus menjadi yang utama dalam proses perdamaian ini," tegas Retno.
Pelibatan semua elemen di Afganistan, termasuk peran perempuan, menjadi sangat penting dalam proses perdamaian tersebut. Indonesia ingin memastikan adanya kemajuan proses perdamaian melalui terciptanya kondisi yang kondusif bagi perundingan, baik faktor internal dan eksternal.
Indonesia juga menggarisbawahi pentingnya menumbuhkan rasa saling percaya di antara pihak-pihak yang berunding dan memobilisasi dukungan internasional, seperti lewat Dewan Keamanan PBB.
BACA JUGA: Menlu RI-AS Bahas Isu Afghanistan dan Laut China SelatanRetno mengingatkan perundingan damai di Afganistan bukan sesuatu yang mudah. Semua pihak harus bekerja keras agar harapan rakyat Afganistan atas perdamaian jangka panjang tidak hilang.
Dihubungi melalui telpon, pengamat hubungan internasional di Universitas Paramadina, Rezasyah, mengatakan selain memainkan peran sebagai penengah diantara pemerintah Afghanistan dan Taliban, Indonesia juga harus membuktikan netralitas posisinya. Ditambahkannya, Indonesia juga harus membantu proyeksi Afganistan ke depan.
Your browser doesn’t support HTML5
“Jadi harus diciptakan dulu visi yang makro, yang mengakomodir nilai-nilai luhur dari kedua belah pihak tersebut. Rencana jangka panjangnya akan sepeti apa. Pesan-pesan damai ini harus disampaikan ke pihak luar juga kepada pihak dalam agar tidak terjadi gangguan pada tahapan awal,” kata Rezasyah.
Indonesia melalui utusan khusus menteri luar negeri, yaitu Direktur Jenderal Asia Pasifik dan Afrika Desra Percaya, akan menjadi bagian dari kelompok pendukung negara tuan rumah yang terdiri dari Indonesia, Jerman, Norwegia, Qatar dan Uzbekistan.
Perundingan damai antara pemerintah Afganistan dan Taliban itu berlangsung di ibu kota Doha, Qatar, dengan Ketua Dewan Tinggi untuk Rekonsiliasi Nasional Abdullah Abdullah sebagai pemimpin proses perundingan.
Dalam pidato pembukannya, Abdullah Abdullah menyoroti jatuhnya korban sipil sejak Amerika dan Taliban menandatangani perjanjian Februari lalu. Sedikitnya 12 ribu warga sipil tewas dan 15 ribu lainnya luka-luka. Oleh karena itu Abdullah menekankan pentingnya untuk segera menghentikan kekerasan dan menyetujui gencatan senjata.
Dalam dialog tersebut hadir salah satu pendiri Taliban, Mullah Abdul Ghani Baradar.
Amerika, yang juga ikut mendorong proses perdamaian itu, diwakili oleh Menteri Luar Negeri Mike Pompeo. [fw/em]