Kepala Penyelidik Serangan Senjata Kimia Suriah Keluhkan Tekanan Politik

Seorang pria bernafas melalui masker oksigen, setelah apa yang disebut pekerja penyelamat sebagai apa yang diduga serangan gas di kota Khan Sheikhoun di kawasan Idlib, Suriah yang dikuasai pemberontak, 4 April 2017 (foto: REUTERS/Ammar Abdullah)

Penyelidikan terkait serangan senjata kimia mematikan di Suriah, penuh dengan apa yang disebut oleh Kepala Penyelidik Serangan Senjata Kimia Suriah sebagai tekanan politik.

Kepala komisi yang menyelidiki serangan senjata kimia mematikan di Suriah, hari Kamis mengeluh bahwa dia bekerja dalam apa yang dia sebut sebagai "lingkungan yang sangat dipolitisasi."

Dewan Keamanan Kamis mengatakan, "Beberapa dari pesan ini sangat jelas mengatakan, jika kita tidak melakukan pekerjaan kita menurut mereka, ... mereka tidak akan menerima kesimpulannya." Edmond Mulet tidak memberitahu wartawan tentang siapa yang menekan panel itu, tapi dia memang mengatakan, itu berasal dari "manapun."

Edmond Mulet sedang memimpin penyelidikan bersama oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa dan Organisasi untuk Larangan Senjata Kimia.

Komisi itu tengah menyelidiki serangan gas sarin pada 4 April di Khan Sheikhoun yang menewaskan setidaknya 87 orang.

Video penyerangan tersebut, termasuk gambar anak yang berbusa mulutnya dan berjuang untuk bernapas, mengejutkan dunia dan membuat orang mual melihatnya.

Amerika dan sekutu-sekutunya menyalahkan rezim Bashar al-Assad, yang mendorong Presiden Donald Trump memerintahkan pasukan Amerika menggempur pangkalan Suriah dari mana serangan gas racun tersebut diluncurkan.

Suriah dan sekutunya dari Rusia membantah Assad bertanggung jawab. Penyidik juga berencana melihat beberapa serangan senjata kimia lainnya di Suriah.

Mereka menyimpulkan bahwa militer Suriah berada di balik dua serangan gas sebelumnya dan menyalahkan ISIS karena menggunakan gas mustard pada tahun 2015. [ps/al]