Para pemimpin China dan Korea Utara menegaskan kembali aliansi tradisional mereka menyusul pembicaraan kontroversial antara para diplomat tertinggi Washington dan Beijing, isolasi diplomatik dan masalah-masalah ekonomi di Korea Utara yang membuatnya semakin bergantung pada China.
Kantor berita pemerintah Korea Utara, KCNA, mengatakan, Selasa (23/3), Kim Jong Un menyerukan persatuan dan kerja sama yang lebih kuat dengan China dalam menghadapi tantangan-tantangan yang ditimbulkan oleh kekuatan-kekuatan bermusuhan saat ia bertukar pesan dengan Presiden China Xi Jinping.
Menurut KCNA dan kantor berita China Xinhua, Xi dalam pesannya sendiri kepada Kim menggambarkan hubungan bilateral sebagai aset berharga bagi kedua negara dan berjanji untuk memberikan kontribusi bagi perdamaian dan stabilitas di Semenanjung Korea.
BACA JUGA: China Bantah Lemahkan Sanksi-Sanksi Terhadap KorutKCNA mengatakan Xi juga menyatakan komitmennya untuk memberi rakyat kedua negara kehidupan yang lebih baik. Beberapa analis melihat ini sebagai indikasi bahwa China akan segera memberi Korea Utara pangan, pupuk, dan bantuan-bantuan lain yang sangat dibutuhkan tetapi selama ini jauh berkurang akibat penutupan perbatasan perbatasan terkait pandemi.
Xinhua mengatakan pesan-pesan para pemimpin itu dipertukarkan selama pertemuan antara diplomat senior China Song Tao dan Duta Besar Korea Utara untuk China Ri Ryong Nam selama pertemuan di Beijing pada hari Senin (22/3).
Pertukaran pesan antara kedua pemimpin terjadi ketika pemerintahan Biden meningkatkan upaya diplomatik untuk memperkuat kerja sama dengan sekutu-sekutu Asianya -- Korea Selatan dan Jepang -- untuk menangani ancaman nuklir Korea Utara dan pengaruh regional China yang semakin meningkat.
Sejumlah pejabat tinggi AS dan China saling melontarkan kritik tajam dan terbuka di Anchorage, Alaska, pada pekan lalu dalam pertemuan tatap muka pertama mereka sejak Presiden Joe Biden menjabat, di mana Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken mengatakan Washington bersatu dengan para sekutunya dalam melawan otoritarianisme China.
BACA JUGA: Korut Dukung Tindakan China di Hong KongPembicaraan kontroversial di Anchorage terjadi setelah Blinken dan Menteri Pertahanan Lloyd Austin melakukan perjalanan ke Jepang dan Korea Selatan untuk pembicaraan yang terutama berfokus pada Korea Utara dan China.
Selama kunjungannya ke Seoul, Blinken dengan keras mengkritik ambisi nuklir dan catatan HAM Korea Utara dan menekan China untuk menggunakan pengaruhnya yang besar untuk meyakinkan Korea Utara agar melakukan denuklirisasi.
Korea Utara sejauh ini mengabaikan upaya pemerintah Biden untuk menjangkau negara itu, dan mengatakan bahwa negara tersebut tidak akan terlibat dalam pembicaraan yang berarti dengan Amerika Serikat kecuali Washington meninggalkan apa yang dipandang Pyongyang sebagai kebijakan bermusuhan, yang dengan jelas mengacu pada sanksi-sanksi yang dipimpin AS dan tekanan terhadap program nuklirnya.
KCNA mengatakan Kim membicarakan situasi hubungan Korea Utara dengan Amerika Serikat dan Korea Selatan, dan mengatakan bahwa komunikasi antara dirinya dan Xi diperlukan dalam menghadapi situasi dan kenyataan eksternal yang berubah – sebuah pernyataan yang tampaknya mengacu pada pemerintahan AS yang baru. [ab/uh]