Menteri Kesehatan Nafsiah Mboi mengatakan jumlah ibu rumah tangga yang terinfeksi HIV dari pasangan tetapnya cukup tinggi.
JAKARTA —
Menteri Kesehatan Nafsiah Mboi di Jakarta, Selasa (19/3) mengatakan saat ini di Indonesia terdapat 75 kabupaten kota yang memiliki prevalensi HIV/AIDS yang sangat tinggi, antara lain karena penularan dari suami ke istri yang meningkat.
Menurut Nafsiah, jumlah ibu rumah tangga yang terinfeksi HIV dari pasangan tetapnya cukup tinggi, mencapai 3.733 kasus akumulatif dari 1987 sampai 2012.
Untuk itu, kata Nafsiah, pihaknya terus melakukan promosi terkait penggunaan kondom untuk perempuan agar mereka tidak menjadi korban akibat perilaku seksual yang dilakukan pasangan mereka.
“Sudah ada kondom perempuan, nah kita promosikan. Kita melakukan pelatihan-pelatihan. Kita impor kondom perempuan sehingga perempuan bisa melindungi dirinya. (Penularan terhadap ibu rumah tangga) meningkat jauh lebih cepat dari pekerja seks,” ujarnya.
Untuk 75 kabupaten/kota dengan prevalensi HIV/AIDS yang tinggi, diantaranya Ternate dan Jayapura, Nafsiah menyatakan saat ini pihaknya akan fokus pada penurunan penyebaran virus HIV AIDS di daerah-daerah tersebut.
Bagi mereka yang sudah berperilaku berisiko, lanjut Nafsiah, pihaknya akan melakukan upaya pencegahan agar tidak menularkan ke orang lain. Selain itu, pihaknya kata Nafsiah, juga akan melakukan diagnosa dini dan pengobatan dini.
“Kita tidak menunggu sampai dia datang kepada kita akan tetapi ditawari testing. Itu kepada siapa? Pertama, semua yang datang ke puskesmas dan ada penyakit kelamin, sebab itu kan perilaku seksnya berisiko. Kedua, semua populasi kunci, pengguna narkoba suntik,” ujarnya.
“Di samping itu ibu hamil di daerah-daerah dengan prevalensi tinggi juga akan ditawari apakah akan testing maksudnya adalah supaya kita mengetahui sedini mungkin kalau ibu ini positif. Kemudian, kalau sudah ada yang positif laki-laki atau perempuan maka akan langsung ditanyakan pasangannya siapa supaya pasangannya juga di tes.”
Nafsiah menambahkan pengobatan dini sangat penting karena sejumlah penelitian menyatakan bahwa risiko penularan tertinggi terjadi pada enam bulan pertama.
Sebelumnya, juru bicara badan PBB untuk HIV/AIDS UNGASS on AIDS di Jakarta, Aditya Wardana, meminta agar pemerintah meningkatkan sosialisasi yang lebih baik lagi terkait program pencegahan penularan HIV AIDS dari ibu ke bayi.
Ini penting untuk memutuskan mata rantai penularan HIV AIDS dari ibu ke bayinya, ujarnya.
“Kita hidup di Indonesia dimana perempuan dihimbau untuk mengikuti kemauan suaminya, sementara dengan posisi seperti itu, otomatis posisi tawar dia di dalam menegosiasikan kondom sebagai alat pencegah HIV akan rendah,” ujarnya.
Data Kementerian Kesehatan menyatakan sejak 1 Januari hingga 30 September 2012, jumlah orang dengan HIV di Indonesia sebanyak 15.372 orang, sedangkan AIDS berjumlah 3.541 orang.
Menurut Nafsiah, jumlah ibu rumah tangga yang terinfeksi HIV dari pasangan tetapnya cukup tinggi, mencapai 3.733 kasus akumulatif dari 1987 sampai 2012.
Untuk itu, kata Nafsiah, pihaknya terus melakukan promosi terkait penggunaan kondom untuk perempuan agar mereka tidak menjadi korban akibat perilaku seksual yang dilakukan pasangan mereka.
“Sudah ada kondom perempuan, nah kita promosikan. Kita melakukan pelatihan-pelatihan. Kita impor kondom perempuan sehingga perempuan bisa melindungi dirinya. (Penularan terhadap ibu rumah tangga) meningkat jauh lebih cepat dari pekerja seks,” ujarnya.
Untuk 75 kabupaten/kota dengan prevalensi HIV/AIDS yang tinggi, diantaranya Ternate dan Jayapura, Nafsiah menyatakan saat ini pihaknya akan fokus pada penurunan penyebaran virus HIV AIDS di daerah-daerah tersebut.
Bagi mereka yang sudah berperilaku berisiko, lanjut Nafsiah, pihaknya akan melakukan upaya pencegahan agar tidak menularkan ke orang lain. Selain itu, pihaknya kata Nafsiah, juga akan melakukan diagnosa dini dan pengobatan dini.
“Kita tidak menunggu sampai dia datang kepada kita akan tetapi ditawari testing. Itu kepada siapa? Pertama, semua yang datang ke puskesmas dan ada penyakit kelamin, sebab itu kan perilaku seksnya berisiko. Kedua, semua populasi kunci, pengguna narkoba suntik,” ujarnya.
“Di samping itu ibu hamil di daerah-daerah dengan prevalensi tinggi juga akan ditawari apakah akan testing maksudnya adalah supaya kita mengetahui sedini mungkin kalau ibu ini positif. Kemudian, kalau sudah ada yang positif laki-laki atau perempuan maka akan langsung ditanyakan pasangannya siapa supaya pasangannya juga di tes.”
Nafsiah menambahkan pengobatan dini sangat penting karena sejumlah penelitian menyatakan bahwa risiko penularan tertinggi terjadi pada enam bulan pertama.
Sebelumnya, juru bicara badan PBB untuk HIV/AIDS UNGASS on AIDS di Jakarta, Aditya Wardana, meminta agar pemerintah meningkatkan sosialisasi yang lebih baik lagi terkait program pencegahan penularan HIV AIDS dari ibu ke bayi.
Ini penting untuk memutuskan mata rantai penularan HIV AIDS dari ibu ke bayinya, ujarnya.
“Kita hidup di Indonesia dimana perempuan dihimbau untuk mengikuti kemauan suaminya, sementara dengan posisi seperti itu, otomatis posisi tawar dia di dalam menegosiasikan kondom sebagai alat pencegah HIV akan rendah,” ujarnya.
Data Kementerian Kesehatan menyatakan sejak 1 Januari hingga 30 September 2012, jumlah orang dengan HIV di Indonesia sebanyak 15.372 orang, sedangkan AIDS berjumlah 3.541 orang.