Menlu AS Langsungkan Pembicaraan dengan Suu Kyi Soal Rohingya

Menlu AS Rex Tillerson berjabat tangan dengan pemimpin Myanmar Aung San Suu Kyi usai konferensi pers bersama di Naypyitaw, Rabu (15/11).

Menlu AS Rex Tillerson, dalam kunjungannya ke Myanmar, mengungkapkan keprihatinannya terhadap laporan-laporan kredibel mengenai kekejian yang meluas yang dilakukan pasukan keamanan dan sejumlah orang di negara bagian Rakhine namun mengatakan sanksi ekonomi yang luas terhadap negara itu tidak disarankan.

Tillerson mengatakan sanksi-sanksi ekonomi tidak akan membantu menyelesaikan krisis di Myanmar. Berbicara kepada wartawan di samping pemimpin de facto Aung San Suu Kyi, Tillerson mengatakan sanksi-sanksi yang menarget individu tertentu lebih layak diberlakukan.

Lebih jauh Tillerson mengatakan, ia ingin Myanmar maju dan menjanjikan akan memberikan bantuan tambahan sebesar 47 juta dolar bagi pengungsi Rohingya, sehingga total yang disumbangkan AS tahun ini menjadi 87 juta dolar.

Tillerson menyebut apa yang terjadi di negara bagian Rakhine mengerikan dan mendesak Myanmar untuk memenuhi rekomendasi laporan yang diajukan mantan sekjen PBB Kofi Annan, yang mencakup menciptakan jalur menuju kewarganegaraan penuh bagi Rohingya.

Ann San Suu Kyi menanggapi pernyataan Tillerson dengan mengucapkan terimakasih. Ia bersyukur Tillerson bersedia mengakui tantangan yang dihadapi dalam mengatasi masalah itu dan berpandangan terbuka.

Segera setelah tiba di ibukota, Naypyidaw, Rabu, Tillerson bertemu dengan panglima militer Min Aung Hlaing,yang pasukannya dituduh melancarkan operasi bumi hangus terhadap desa-desa Rohingya di wilayah baratlaut negara bagian Rakhine sebagai tanggapan atas serangan terhadap pos-pos polisi oleh militan Rohingya Agustus lalu. Aksi itu mengakibatkan terjadinya eksodus massal sekitar 600 ribu Rohingya ke negara tetangganya, Bangladesh. Sejumlah Rohingya mengatakan kepada kelompok-kelompok HAM, kekejian serius telah dilakukan pasukan keamanan pemerintah, termasuk penembakan membabi-buta, pemerkosaan dan pembakaran desa-desa.

PBB telah menggambarkan tindakan-tindakan pasukan Myanmar yang dilaporkan itu sebagai contoh pembersihan etnis. Namun para pejabat militer Myanmar mengatakan, penyelidikan internal tidak menemukan bukti bahwa pasukan Myanmar melakukan kekejian itu terhadap Rohingya.

Mereka juga mengatakan, pasukan Myanmar hanya menewaskan 376 teroris Rohingya selama pertempuran mereka dengan pemberontak. Laporan penyelidikan internal itu dikecam organisasi HAM Human Rights Watch, yang berbasis di New York sebagai usaha militer untuk menutup-nutupi tindakan mereka. [ab/uh]