Mesir memulai hari kerja pertama sejak pergolakan populer memaksa presiden otoriter Hosni Mubarak mundur hari Jumat dan menyerahkan kekuasaan ke militer.
Toko-toko dan bisnis akan buka kembali hari Minggu seraya banyak warga Mesir mencoba kembali ke suasana normal menyusul perayaan selama dua hari karena mundurnya Mubarak dan 18 hari demonstrasi anti-pemerintah sebelumnya.
Berbagai perayaan di Kairo pusat berlanjut sepanjang Sabtu dan Minggu dini hari, dimana warga Mesir memenuhi alun-alun Tahrir dan jalan-jalan sekitarnya sambil berdansa diiringi musik keras dan penampilan sebuah band.
Banyak warga Kairo hari Sabtu membersihkan kawasan itu, sementara para demonstran pro-demokrasi mempertahankan kawasan tenda yang mereka dirikan untuk menampung reli-reli anti-Mubarak selama pergolakan.
Sebuah koalisi berbagai kelompok muda yang mengorganisasi demonstrasi terus menekan agar diadakan transisi ke demokrasi dengan mengeluarkan daftar permintaan bagi pihak militer Mesir. Koalisi itu mendesak dibubarkannya parlemen yang didominasi partai berkuasa serta dicabutnya UU darurat yang sangat tidak populer yang diberlakukan Mubarak ketika menjadi presiden tahun 1981.
Dewan Agung militer Mesir hari Sabtu mengatakan mereka berkomitmen melakukan transisi dimana otoritas sipil akan membangun sebuah “negara demokrasi”. Mereka juga mengatakan Kabinet yang ditunjuk Mubarak setelah demonstrasi pecah tanggal 25 Januari akan dipertahankan sampai pemerintah baru terbentuk.
Militer juga berjanji “tetap berkomitmen” terhadap semua traktat regional dan internasional Mesir serta berbagai perjanjian lainnya – sebuah janji yang disambut Israel, yang sebelumnya khawatir mengenai nasib kesepakatan damai tahun 1979 dengan Kairo. Kesepakatan itu adalah yang pertama antara sebuah negara Arab dan negara Israel tersebut.
Presiden Amerika Barack Obama hari Sabtu menyambut janji militer tersebut dalam percakapan telepon dengan para kepala negara Inggris, Yordania dan Turki.