Surat kabar New York Times melaporkan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump hanya membayar pajak sebesar $750 atau sekitar Rp 11,2 juta (dengan kurs saat ini) pada tahun dia mencalonkan diri sebagai presiden dan tahun pertamanya di Gedung Putih.
Trump selama ini selalu merahasiakan informasi pajaknya dan satu-satunya presiden dalam sejarah modern yang tidak mengungkapnya. Menurut laporan itu, Trump tidak membayar pajak federal dalam 10 dari 15 tahun belakangan. Sebelum menjadi presiden, Trump merupakan seorang pengusaha real estat dan pebisnis sukses dengan kekayaan miliaran dolar.
Berbicara dalam konferensi pers di Gedung Putih, Trump menyebut laporan itu sebagai "berita bohong" dan mengatakan dia membayar pajak, tetapi tidak merincikannya.
Seorang pengacara Trump Organization, Alan Garten, dan seorang juru bicara Trump Organization belum segera menjawab permintaan Associated Press untuk mengomentari laporan itu.
Garten mengatakan kepada New York Times bahwa "kebanyakan, atau bahkan semua, fakta-fakta yang disampaikan tidak akurat."
New York Times mengatakan laporan soal pajak itu berdasarkan data pengembalian pajak selama lebih dari 20 tahun, yang diperolehnya. Laporan itu muncul di tengah momen penting menjelang debat capres pada Selasa (29/9) dan beberapa minggu sebelum pilpres melawan kandidat Partai Demokrat Joe Biden.
Presiden berjanji bahwa informasi mengenai pajaknya "akan diungkap semua." Namun, dia tidak memberitahu kapan. Trump pernah membuat janji serupa dalam kampanye pilpres 2016 yang tak pernah diwujudkan.
Bahkan, presiden melakukan perlawanan di pengadilan terhadap mereka yang berusaha mengakses dokumen pajaknya, termasuk DPR AS, yang menuntut akses terhadap dokumen pengembalian pajak Trump sebagai bagian dari pengawasan Kongres.
Garten mengatakan dalam pernyataan kepada New York Times bahwa presiden "telah membayar pajak pribadi puluhan juta dolar kepada pemerintah federal, termasuk membayar pajak pribadi jutaan dolar sejak mengumumkan pencalonannya pada 2015."
Dalam debat capres dengan kandidat Demokrat Hillary Clinton pada 2016, Clinton mengatakan bahwa mungkin Trump tidak merilis dokumen pengembalian pajaknya karena tidak membayar pajak federal.
Trump menginterupsinya dan mengatakan, "Berarti saya pintar."
Selama dua tahun pertama sebagai presiden, New York Times melaporkan Trump menerima $73 juta dari sejumlah operasi di luar Amerika Serikat, yaitu selain properti golfnya di Skotlandia dan Irlandia, dia menerima $3 juta dari Filipina, $2,3 juta dari India dan $1 juta dari Turki.
Presiden pada 2017 membayar pajak $145.400 di India dan $156.824 di Filipina, dibandingkan hanya $750 di AS.
Trump menemukan berbagai cara untuk mengurangi tagihan pajak, menurut artikel itu. Dia mengajukan pengurangan pajak berdasarkan pengeluaran pribadi seperti rumah, pesawat dan $70 ribu untuk mendandani rambutnya untuk syuting "The Apprentice." Kerugian dari bisnis properti yang hanya dimiliki dan dikelola Trump sepertinya mengimbangi pendapatan dari kepemilikannya dalam "The Apprentice" dan entitas lain dengan beberapa pemilik.
Dalam dua tahun pertama menjabat sebagai presiden, artikel itu mengatakan Trump bergantung pada kredit pajak untuk mengurangi kewajiban pajaknya. New York Times mengatakan kredit investasi bisnis bernilai $9,7 juta yang diajukan setelah Trump mengajukan perpanjangan untuk melaporkan pajaknya. Hal itu memungkinkannya untuk mengurangi pendapatan dan membayar hanya $750 pada 2016 dan 2017.
BACA JUGA: Trump Diberi Perpanjangan Waktu untuk Serahkan Formulir Keterbukaan KeuanganPembayaran pajak penghasilan membantu membiayai program-program militer dan domestik AS.
Trump, mulai 2010, mengklaim dan menerima pengembalian pajak pendapatan mencapai $72,9 juta, yang menurut New York Times merupakan fokus audit yang sedang berjalan oleh Dinas Perpajakan AS (Internal Revenue Service/IRS). Presiden telah menolak untuk merilis dokumen pajaknya, dengan alasan sedang diaudit.
Richard Neal, seorang anggota DPR dari faksi Demokrat yang mengepalai sebuah komite urusan pajak di DPR, telah berusaha meminta catatan pajak Trump. Neal mengatakan laporan New York Times itu menandai semakin pentingnya komite itu untuk mendapatkan dokumen itu.
"Sepertinya Presiden telah memanfaatkan kode pajak demi keuntungannya dan menggunakan upaya hukum untuk menunda atau menghindar membayar pajak yang harus dibayar," tulis Neal dalam pernyataan.
"Kini, Donald Trump menjadi bos dari instansi yang dia anggap musuh. Penting agar program audit yang dilakukan IRS bebas dari campur tangan.
Garten mengatakan dalam pernyataan kepada New York Times bahwa presiden "telah membayar pajak pribadi puluhan juta dolar kepada pemerintah federal, termasuk membayar pajak pribadi jutaan dolar sejak mengumumkan pencalonannya pada 2015."
New York Times mengaku menolak memberi Garten dokumen pajak yang dimilikinya, guna melindungi sumber-sumbernya. [vm/pp/ft]