Obat Antimalaria yang Paling Banyak Digunakan Mungkin Kurang Berhasil untuk Anak-Anak dan Perempuan Hamil

ARSIP – Anggota SENEPA (Pemberantasan Malaria Nasional) memeriksa sebuah rumah di Villa Elisa City dekat Asuncion, Paraguay, 9 Januari 2013 (foto: REUTERS/Jorge Adorno)

Menurut sebuah studi baru, obat antimalaria yang paling banyak digunakan mungkin kurang berhasil untuk anak-anak dan perempuan hamil. Para peneliti mendapati, darah pasien mengandung salah satu bahan aktif obat itu dalam konsentrasi yang lebih rendah daripada rata-rata. Penelitian mereka mungkin menjelaskan, mengapa pengobatan standar terkadang gagal untuk menyembuhkan kelompok-kelompok sensitif ini.

Kasus malaria turun 60 persen sejak tahun 2000, berkat upaya global bernilai miliaran dolar. Namun perjuangan itu belum selesai, kata Frank Kloprogge (dibaca Frahnk KLO-pro-guh) di University College London.

"Lebih dari 400.000 orang meninggal setiap tahun akibat malaria. Kebanyakan dari mereka adalah anak kecil di bawah usia 5 tahun di daerah sub-Sahara di Afrika."

Pengobatan terbaik yang paling banyak digunakan adalah pil tiga hari yang menggabungkan dua obat: artemether (dibaca art-a-MEET-er) dan lumefantrine (dibaca loom-a-FAN-trin).

Tetapi sebagian besar uji-coba obat itu tidak diadakan pada anak-anak dan perempuan hamil, yang mungkin menyerap obat-obatan atau memprosesnya secara berbeda.

Kloprogge mengatakan anak-anak memiliki tingkat enzim-enzim penting yang berbeda.

"Perempuan hamil juga memiliki perubahan dalam komposisi tubuh. Misalnya tentang kandungan air dan lemak dalam tubuhnya. Ini juga berdampak pada bagaimana obat disebarkan melalui tubuh," ujar Kloprogge.

Beberapa penelitian mendapati, anak-anak dan perempuan hamil lebih mungkin terkena malaria lagi dalam beberapa minggu setelah perawatan.

Parasit malaria yang terpapar obat dalam konsentrasi yang lebih rendah, dapat bertahan hidup dan menghasilkan nyamuk yang kebal.

Kloprogge dan rekannya mengembangkan model yang menunjukkan, minum pil selama lima hari akan lebih manjur daripada dosis sekarang yang menggunakan pil selama tiga hari saja.

Kloprogge dan rekann-rekannya minta pendanaan untuk melakukan uji klinis dengan perawatan lima hari itu. Ini akan berlangsung beberapa tahun sebelum hasilnya bisa diketahui. [ps/ii]